Pembuatan Katalog Kartu


    Pembuatan katalog kartu

Sebelum membuat kartu katalog, ada dua hal yang harus dilakukan oleh petugas perpustakaan bagian pengolahan bahan pustaka. Pertama, menyiapkan kartu katalog terlebih dahulu dengan ukuran dan bentuk sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu berukuran 12,5 cm X 7,5 cm. Di tengah-tengah bagian bawahnya diberi lubang untuk memasukkan tusuk pengaman.

Kedua, membuat temporary slip (T-Slip) yang merupakan catatan atau keterangan-keterangan mengenai bahan pustaka pada selembar kertas yang berukuran kurang lebih 0,25 folio. Temporary slip itu dibuat untuk memudahkan pengetikan kartu katalog. Keterangan-keterangan yang seharusnya ditulis pada setiap T-slip itu sama dengan keterangan yang seharusnya ditulis pada kartu katalog. Apabila telah selesai dibuatkan temporary slip untuk setiap judul bahan pustaka, langkah selanjutnya adalah menyalin lembar T-slip tersebut ke dalam kartu katalog.

Contoh T-slip



Data-data yang sudah dituliskan pada T-Slip di atas kemudian diketikkan pada kartu katalog. Karena buku di atas merupakan karya pengarang perorangan, maka pengaranglah yang ditetapkan sebagai tajuk pada entri utama, sehingga dinamakan katalog pengarang. Kemudian yang menjadi tajuk pada entri tambahan adalah subjek dan judul (judul sebenarnya dan judul seri. Dengan demikian, untuk satu judul buku akan dibuatkan enam kartu katalog, yaitu katalog pengarang sebagai entri utama, 2 katalog subjek, katalog judul, katalog judul seri, dan shelflist. Berikut ini adalah contoh katalog kartunya. 

Konsep ini adalah konsep pembuatan katalog dengan sistem kartu. Tentu saja, jika katalog sudah dibuat dalam bentuk lain, misalnya OPAC, maka cara pembuatannya lain, sebab ketika pengatalog sudah menginputkan sekali saja dari satu judul karya, asal proses pengindeksan yang terdapat dalam software yang digunakan dalam sistem otomasi tersebut tepat, maka entri katalog tersebut sudah dapat ditemukan dalam berbagai pendekatan (titik akses) sehingga tidak perlu membuat katalog pengarang, katalog judul, dan katalog subjek.







Contoh lain, misalnya untuk karya dua orang pengarang. Data-data yang terdapat pada sumber informasi utama dan sumber informasi lainnya yang terdapat di buku dituliskan terlib dahulu ke dalam T-Slip. Sedangkan untuk menentukan nomor panggil dan tajuk subjek harus mengacu pada skema bagan klasifikasi, misalnya DDC dan daftar tajuk subjek atau tesaurus.







Untuk perpustakaan yang masih menerapkan proses peminjaman secara manual, maka setelah sebuah buku dibuatkan katalognya, pekerjaan berikutnya adalah membuat label (pelabelan), lembar tanggal kembali (date due slip), kartu buku, dan kantung kartu buku.

1. Label buku, dibuat dengan ukuran kira-kira 3x4 cm (dari kertas). Pada label tersebut dicantumkan nomor klasifikasi, 3 huruf pertama nama pengarang (tajuk), dan 1 huruf awal judul. Pada label ini dapat ditambahkan copy ke berapa, jilid, dan (ada perpustakaan yang mencantumkan) tahun terbit. Kemudian, label ditempelkan pada punggung buku kira-kira 3 cm dari bawah. Data-data yang dituliskan dalam label ini harus sama persis dengan apa yang dituliskan dalam call number yang terdapat dalam katalog. Hanya jika buku yang diolah tersebut mempunyai lebih dari satu eksemplar untuk setiap judulnya, maka dalam label hendaknya ditambahkan data eksemplar atau copy ke berapa yang juga disesuaikan dengan shelflist. Dengan demikian, pustakawan akan dengan mudah mengetahui ada berapa eksemplar dari satu judul buku yang terdapat di rak perpustakaan. 

Berikut ini adalah contohnya:      






2.     Lembar tanggal kembali, terbuat dari kertas buram kira-kira ¼ folio, berisi catatan nomor anggota dan tanggal wajib pengembalian. Lembar tanggal kembali ini ditempelkan pada akhir halaman atau sampul akhir dari buku. Gunanya untuk mengingatkan peminjam tanggal pengembalian koleksi yang dipinjam. Pustakawan atau terkadang pengguna membubuhkan tanggal pengembaliannya. Misalnya, seorang pinjam buku tanggal 1 januari 2008, jika masa pinjam adalah 10 hari, maka tanggal yang dituliskan dalam lembar tanggal kembali adalah tanggal 10 Januari 2008. Jika buku dikembalikan lebih dari tanggal 10 Januari 2008, peminjam kena denda sesuai dengan aturan yang ditetapkan disetiap perpustakaan.


3.       Kartu buku, terbuat dari kertas manila (berwarna). Kartu buku itu berisi nomor inventaris, nama pengarang, judul dan sandi pustaka, nomor anggota/nama peminjam, dan tanggal peminjaman. Kartu ini diletakkan pada bagian dalam sampul buku. Apabila buku dipinjam, data peminjam ditulis pada kartu buku itu, lalu disimpan pada kotak, sesuai dengan tanggal  pengembaliannya.



4.     Kantong kartu buku, sering disebut kantong buku, terbuat dari kertas, dapat dibuat bentuk segi tiga atau segi empat. Kantong buku berguna untuk tempat kartu buku.


Beberapa hal tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan oleh bagian pengolahan koleksi. Kegiatan itu masih diteruskan dengan penyusunan kartu katalog pada laci katalog (filing) koleksi yang telah diproses di rak (jajaran koleksi) atau disebut dengan shelving. Dengan demikian, koleksi itu dapat digunakan oleh pengguna perpustakaan.


Kelancaran dan keberhasilan proses temu kembali informasi sangat dipengaruhi oleh keseragaman dan ketaatazasan dalam bentuk tajuk-tajuk yang digunakan dalam katalog untuk mewakili suatu subjek, nama orang, atau badan yang menjadi pengarang, dan judul dokumen. Ada pengarang yang menggunakan lebih dari satu nama, misalnya kadang-kadang memakai nama yang sebenarnya dan kadang-kadang memakai nama samaran atau nama dengan ejaan yang berbeda. Ada pengarang yang kadang-kadang menggunakan bentuk lengkap dan kadang-kadang bentuk singkat dari namanya. Ada pengarang yang resmi berganti nama, misalnya pengarang wanita yang sesudah menikah kemudian menggunakan nama keluarga suaminya. Apabila dalam proses katalogisasi deskriptif hal-hal seperti ini tidak diperhatikan, maka katalog yang tercipta tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Karya seseorang akan tersebar pada berbagai bentuk nama, sehingga akatalog tidak mampu menunjukkan dokumen hasil karya seorang pengarang yang dimiliki perpustakaan, sebagaimana rumusan tujuan kalatag menurut Cutter pada poin 2.a.

Untuk mencegah hal-hal seperti ini, yang sangat merugikan proses temu kembali informasi, perlu dilakaukan pengawasan atau pengendalian terhadap tajuk-tajuk yang digunakan dalam katalog. Pengawasan ini perlu pada tahap katalogisasi deskriptif maupun pada katalogisasi subjek. Proses pengendalian atau pengawasan tajuk-tajuk yang bertujuan meningkatkan temu kembali (retrieval) dilaksanakan dengan 1) menjaga konsistensi atau keseragaman dalam bentuk tajuk dan 2) menunjukkan hubungan antar nama-nama, subjek-subjek, dan judul-judul yang digunakan dalam katalog. Proses ini disebut dengan authority control, yaitu :
The procedures by which consistency of form is maintained in the headings (names, uniform titles, series titles, and subjects) used in a library catalog or file of bibliographic records, through the application of an authoritative list called an authority file to new items as they are added to the collection. Authority control is available from commercial service providers”.[1]

Authority control pada tahap katalogisasi deskriptif mencakup pengendalian nama orang dan badan korporasi. Proses ini dimulai dengan verivikasi, yaitu menentukan eksistensi seorang pengarang atau badan korporasi dan nama-nama yang pernah digunakan orang atau badan korporasi tersebut dalam karya-karyanya. Kemudian dari antara nama tersebut dipilih satu nama yang akan digunakan sebagai tajuk seragam (uniform heading) untuk semua entri katalog yang mewakili dokumenciptaan orang atau badan yang bersangkutan.

Untuk verivikasi. Jika perlu, dilakukan pengecekan dengan berbagai sumber bibliografi atau sumber rujukan. Jika timbul masalah karena pengarang menggunakan lebih dari satu nama, atau satu nama dengan berbagai variasi, maka pengatalog perlu menelusur sebanyak mungkin sumber informasi. Setelah diketahui nama apa saja yang pernah digunakan pengarang tersebut, salah satu nama dipilih sebagai tajuk seragam yang akan digunakan dalam katalog. Nama lain yang tidak digunakan sebagai tajuk, dibuatkan acuan atau rujukan yang memandu pengguna ke nama yang dipilih sebagai tajuk.


[1] Joan M. Reizt, Online Dictionary of Library and Information Science (ODLIS.pdf, 2002), hl. 55. Tersedia pada www.vlado.fmf.uni-lj/pub/networks/data/dic/odlis/odlis.pdf, diakses pada 30 Januari 2008 pukul 13.00 WIB


0 Response to "Pembuatan Katalog Kartu"

Post a Comment

Popular Posts