AACR 2
1.
Deskripsi
Seluruh bagian
I AACR2 mencakup deskripsi. Dengan cara mengatur bagian demi bagian yang
memungkinkan pengulangan dan biasanya pustakawan perlu melihat dua bab pada
saat yang bersamaan. Sebagai contoh pada deskripsi materi kartografis, sewaktu
membaca peraturan tentang tanda baca, pustakawan diharapkan mengacu ke peraturan umum yang tercantum pada Chapter 1
di AACR2.
Bab I AACR2
ditulis dalam istilah sangat umum dengan tujuan menerapkan setiap materi yang
dapat dikatalog; peraturan itu tidak khusus hanya untuk buku atau video atau
sumber elektronik malian apa saja. Namun karena setiap materi memiliki format
spesifik maka setiap fitur unik maka
setiap deskripsi materi memerlukan bab khusus, uraian pada Chapter 1 AACR2
serta memberikan contoh lebih rinci.
Untuk
mengulangi repetisi yang terlalu banyak maka masing-masing Chapter 2-12 selalu
merujuk ke Chapter1 serta menggunakan
sistem penomoran yang sama untuk seksi-seksinya. Ini berarti bila pembaca
mengetahui isi seksi .4 dari
Chapter 1 yang membahas tentang daerah deskripsi Publikasi, distribusi dll maka secara
automatis pembaca juga melihat bahwa seksi .4 dari Chapter 7 juga membahas daerah Publikasi, distribusi, dll
untuk rekaman video.
Chapter 13
AACR2 merupakan pengecualian, tidak mengikuti susunan Chapter2-12 karena membahas semata-mata mengenai entri
analitis.
Titik akses pengatalogan dapat dibagi lebih lanjut
menjadi:
(1) Pemilihan titik akses
Misalnya dalam
pengatalogan sebuah edisi Buluh
perindu siapakah pengarangnya? Jawabannya ialah J. E.
Tatengkeng, namun pada tahap ini tidak membahas bagaimana penulisan nama
pengarang.
(2) Pemilihan nama yang akan digunakan sebagai
dasar tajuk
Masih
menggunakan contoh yang sama, dengan adanya ejaan baru maka tulisan Y. E.
Tatengkeng akan berubah menjadi Sutan
Takdir Alisyahbana. Namun apakah hal itu berarti perpustakaan akan mengubah
semua n tajuk dalam ejaan lama menjadi ejaan baru yang disempurnakan? Sudah
tentu tidak! Dalam memilih bentuk tajuk mungkin saja bentuk tajuk yang dipilih
akan berbeda dengan nama yang tertera pada materi itu sendiri. Contoh lain
selama berabad-abad dikenal ejaan “Shakespere”
namun dalam katalog digunakan bentuk William Shakespeare karena nama itu yang
lazim digunakan pada masa kini.
(3) Pembentukan tajuk
Bagaimana
susunan elemen nama pada nama ‘Sutan Takdir Alisjahbana’ Di sini ada perbedaan
antara kebiasaan sehari-hari dengan praktek di perpustakaan. Misalkan nama anda Iswi Sulistyo dalam kehidupan
sehari-hari kalau memperkenalkan diri akan menggunakan uruitan langsung yaitu
Iswi Sulistyo, namun untuk perpustakaan berlaku ketentuan lain tergantung pada
nama dan negara yang bersangkutan. Bagi nama-nama yang sudah memiliki nama
keluarga makatajuk ditetapkan pada nama keluarga, diikuti bagian nama lain. Ini
berarti nama J.E. Tatengkeng bila dibentuk menjadi tajuk akan menjadi
Tatengkeng, J.E.
Pembentukan
tajuk nama diatur dalam AACR2 untuk masing-masing negara atau bahasa.
Penggunaan peraturan pembentukan tajuk nama hanya berlaku untuk nama
perorangan. Di samping nama perorangan ada lagi baan korporasi yang memiliki
peraturan berbeda dengan nama perorangan. Peraturan badan korporasi, khususnya
pertemuan, memiliki peraturan lebih spesifik. Secara umum tajuk badan korporasi
cenderung ke urutan langsung artinya sesuai dengan namanya termasuk konperensi.
Konperensi ditulis sesuai dengannnamanya dengan ketentua huruf besar bagi
setiap awal bagian nmama. Contoh Seminar Nasional Klasifikasi Dewey Decimal
Classification Edisi 22 Khusus Untuk Notasi Geografi Indonesia.
2.
Apendiks
AACR2 1988
disertai dengan apendiks untuk A Peraturan huruf besar (Capitalization), B Singkatan (Abbreviations), C Bilangan (Numerals), D Glosari (Glossary) dan E Kata
sandang awal (Initial Articles).
3.
Peraturan Pilihan (Optional)
AACR2 mengakui
bahwa perpustakaan dapat menentukan sendiri tingkat kerincian pada katalog perpustakaan dengan memberikan
berbagai pilihan. Pilihan ini tergantung pada kebijakan perpustakaan, misalnya
perpustakaan dapat menggunakan judul seragam atau tidak, dan untuk jenis materi
perpustakaan yang bagaimana. Perpustakaan mencatat opsi yang telah ditentukan
agar tercapai konsistensi dalam pengatalogan.Ada pula pilihan yang dapat
dilakukan perpustakaan berdasarkan kasus demin kasus tergantung pada sifat
materi perpustakaan yang dihadapi.
0 Response to "AACR 2"
Post a Comment