AACR 2 tahun 1978


       Anglo-American Cataloguing Rules , Second Edition (AACR2 1978)

Setelah AACR1 diterapkan di perpustakaan besar, baru terasa bahwa peraturan baru tersebut memerlukan banyak tambahan dan perubahan. Library of Congress serta Division of Cataloging and Classification ALA menyetujui adanya tambahan dan perubahan pada beberapa ketentuan. Pihak Inggris berkeberatan akan adanya revisi bersinambungan sebagaimana dilakukan di AS, namun karena adanya kecenderungan katalogisasi tahun 1970-an berupa penggunaan International Standard Bibliographic Description mendorong perlunya peraturan baru seiring dengan gejala baru.

Hasil gambar untuk aacr

Pada tahun 1974 dilangsungkan pertemuan wakil perpustakaan nasional dan asosiasi pustakawan Canada, Amerika Serikat, Inggris untuk persiapan AACR2. Pertemuan dilakukan karena berkembangnya standar deskripsi internasional untuk monograf serta terbitan berseri dan media lainnya serta berbagai perubahan pada AACR. Adapun alasan lain ialah ketidakpuasan terhadap AACR menyangkut peraturan bahan nonbuku serta kebijakan Library of Congress untuk meninggalkan konsep superimposisi. Superimposisi ialah keputusan garis haluan Library of Congress yang mennyatakan bahwa entri yang pertama kali dibuat akan mengikuti peraturan AACR untuk bentuk entri serta karya yang baru bagi Library of Congress akan mengikuti peraturan pemilihan entri AACR. 

Kebijakan itu ditinggalkan tatkala Library of Congress memutuskan mengikuti AACR2. Sasaran pertemuan tersebut ialah 
(a) menyatukan dalam sebuah teks tunggal, teks Amerika Utara dan Inggris dari versi 1967; 
(b) menyatukan dalam teks tunggal semua penambahan dan perubahan yang telah disepakati serta diterapkan,  
(c)  mengupayakan diterimanya semua usulan penambahan yang telah dibahas oleh American Library Association, Library Association, Library of Congress dan Canadian Library Association serta menampung minat internasional terhadap AACR dengan memudahkan penggunaannya di negara lain selain AS, Canada dan Inggris.

Hasil gambar untuk aacr

AACR2 sebenarnya telah mengalami revisi berkali-kali. Revisi dilakukan pada tahun 1982, 1984 dan 1986. Tatkala akan mengeluarkan revisi keempat, keempat peserta memutuskan untuk menyatukan semua revisi serta kesepakatan tahun 1986 menjadi satu teks tunggal dan lahirlah AACR2R. Selama satu dasawarsa dilakukan perbaikan sehingga muncullah revisi 1998 yang dikenal dengan nama AACR2R98.

Dalam proses rekonsiliasi antara pihak Amerika Utara dengan Inggris, disepakati uintuk menggunakaan ejaan Inggris bilama ejaan Inggris muncul sebagai alternatif dalam Webster’s Third New International Dictionary of the English Language, Unabridged. Dalam hal ada perbedaan terminologi, penggunaan terminologi Inggeris dalam beberapa hal yang dipilih (misalnya full stop bukannya period), sedangkan penggunaan Amerika muncul pada hal lain (misalnya parentheses bukannya bracket).

Perubahan maknawi lainnya adalah penyajian peraturan deskripsi. Sebuah bab khusus menyajikan ketentuan umum yang dapat diterapkan pada berbagai situasi. Bab umum tersebut diikuti oleh bab khusus untuk berbagai jenis materi perpustakaan dan untuk kondisi yang berlainan serta pola publikasi. Peraturan deskripsi sengaja dibuat kurang spesifik dalam mengatur fenomena tertentu. 

Karena itu pengatalog didorong untuk menilimbang peraturan dalam kaitannya dengan pengguna yang dilayani perpustakaan. Salah satu kemungkinan yang disediakan oleh AACR2 ialah adanya tiga “aras” atau “tingkat” deskripsi yang berbeda-beda rinciannya sesuai dengan aras deskripsi. Pengkatalog dapat mengatalog yang sesuai dengan kebutuhan pengguna namun masih dalam kewajaran peraturan katalogisasi internasional.

Hasil gambar untuk aacr 1978

Dalam peraturan pemilihan titik akses,  tekanan pada entri “utama” banyak dikurangi walaupun konsep entri utama masih ada. Hal itu dilakukan karena banyak pustakawan berpendapat bahwa bila akses jamak sudah tersedia serta deskipsi bibliografis itu sendiri sudah lengkap, maka tidak perlu menentukan salah satu titik akses ke entri “utama”. 

Konsep entri utama semula dibuat berdasarkan gagasan bahwa tujuan katalog  ialah mengidentidikasi karya dan bila karya sudah diidentifikasi, maka rincian bibliografis yang cukup akan ditambahkan untuk memudahkan menemukan materi perpustakaan yang berisi karya tersebut. Prinsip tersebut sejak zaman Panizzi sampai AACR tidak berubah.

Prinsip tersebut berjalan dengan lancar sampai abad paro kedua abad 20, namun sesudah itu mengalami hambatan akibat pertumbuhan literatur serta banyaknya format materi perpustakaan menyebabkan asumsi tersebut menjadi usang. Maka penggunaan entri utama dikombinasikan dengan judul atau judul seragam merupakan satu-satunya jalan untuk mengidentifikasi karya yang sama yang muncul dalam beberapa format dan kontener. Maka konsep entri utama tetap dipertahankan.

Perubahan lain menyangkut badan korporasi sebagai “pengarang”. Dibandingkan dengan AACR1, maka AACR2 1978 memiliki fitur berikut:

(1) AACR2 menggunakan struktus yang lebih logis dan konsisten dari AACR1. Untuk memudahkan proses katalogisasi maka AACR2 dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian pertama adalah deskripsi bibliografis sedangkan bagian kedua membahas pilihan dan bentuk tajuk. Kalimat, sususnan dan metode penyusunan juga berbeda.

(2) AACR2 menyerrap sepenuhnya International Standard Bibliographic Description (ISBD) dalam peraturan deskripsi, baik urutan maupun punktuasinya.  ISBD diterima sebagai instrumen komunikasi internasional informasi bibliografis serta peningkatan ke Universal Bibliographic Control.

(3) AACR2 didisain untuk membuat katalog serta daftar lainnya pada semua jenis perpustakaan dengan tidak memandang besar kecilnya koleksi. Dalam kaitannya dengan rincian catuman bibliografis untuk berbagai jenis perpustakaan yang tidak selalu sama besaran koleksinya, maka AACR2 mengenalkan 3 aras (tingkat) deskripsi yaitu aras minimum, medium atau standar dan maksimum atau terinci. Pilihan aras deskripsi tergantung pada garis haluan masing-masing perpustakaan.

(4) Peraturan entri dan tajuk berlaku bagi semua jenis materi perpustakaan. Hal itu silakukan sebagai upaya pendekatan terpadu pada semua jenis materi perpustakaan.

(5) Pada AACR2, konsep ‘kepengarangan’ (authorship) semakin menyusut. Hal itu terlihat pada :
            (a) Dalam beberapa hal, AACR2 menggantikan istilah ‘kepengarangan’ dengan istilah ‘tanggung jawab’ (responsibility). Yang bersifat lebih komprehensif. “Pernyataan tanggung jawab” muncul setelah judul menunjukkan adanya tanggung jawab siapa saja yang berkaitan dengan penciptaan sebuah karya.
            (b) Editor sebuah koleksi tidak dianggap sebagai pngarang. Hal tersebut sesuai dengan Statement 10.3 pada Prinsip Paris. Menyusutnya konsep kepengarangan merupakan gejala baru dalam peraturan katalogisasi Anglo-American.
            (c) Pada AACR2, konsep kepengarangan badan korporasi tidak lagi merata sebagaimana terlihat pada pembatasan hal di mana entri ditentukan pada nama badan korporasi serta meningkatnya kasus terbitan berseri ditetapkan pada judulnya sebagai entri utama judul. Misalnya Berita LIPI dalam AACR1, entri ditetapkan pada LIPI sementara pada AACR2 ditetapkan pada judul. Hal serupa dengan Berita LII. Keputusan tersebut banyak dikritik oleh pustakawan terbitan berseri dengan dasar sukar menciptakan hubungan antara terbitan sebuah badan korporasi. Pada contoh Berita MIPI dan Berita LIPI, AACR2 tidak mengatur hubungan antara kedua judul padahal  LIPI merupakan kelanjutan dari MIPI. Hal tersebut akan berbeda bilamana entri utama ditetapkan pada badan korporasi.

(6) AACR2 menghapus dash entry* sesuai dengan persyaratan format MASRC2. Hal ini dlakukan dengan menyediakan entri atau deskripsi multiaras terpisah untuk butiran tertentu seperti suplemen, indeks, lepas cetak (offprints) dan kopi yang lepas (detached copy).

AACR2 merupakan mitra penting dalam upaya internasional berkongsi data bibliografis.AACR2 dianggap sebagai salah satu standar yang digunakan dalam konteks multinasional dalam UNISIST Guide to Standards for Information Handling (1980-152).

Adanya peraturan baru menyangkut tajuk badan korporasi yang menggunakan nama tempat seperti Universitas Indonesia, Museum Jakarta menyebakan perlunya perubahan tajuk yang ada sebelumnya untuk disesuaikan dengan peraturan baru. Hal tersebut memerlukan banyak biaya, waktu dan tenaga. 

Hal itu menyebabkan Library of Congress mengeluarkan superimposition policy (kebijakan superimposisi) atau non conflict policy artinya kebijakan menerima peraturan katalogisasi baru hanya dilakukan bilama peraturan baru tidak konflik/bertentangan dengan tajuk yang ada di katalog. Library of Congress kemudian mengeluarkan kebijakan desuperimposition dengan cara menutup katalog kartunya mulai tahun 1980, kemudian diundur sampai 1 Januari 1981 selanjutnya katalog Library of Congress dapat diakses melalui jaringan/terpasang (online).


* dash artinya suatu tanda baca, pada umumnya dalam percetakan disebut em rule.

0 Response to "AACR 2 tahun 1978"

Post a Comment

Popular Posts