Pengamalan
Nilai Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Dalam pengertian sehari-hari akhlak umumnya disamakan artinya dengan budi
pekerti, kesusilaan, sopan santun dalam bahasa Indonesia, dan tidak berbeda
pula dengan arti kata moral, ethic dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa
Yunani, untuk pengertian akhlak ini dipakai kata ethos, ethikos, yang
kemudian menjadi ethika ( pakai h ), etika ( tanpa h ) dalam istilah
Indonesia. Manusia akan menjadi sempurna jika mempunyai akhlak terpuji (
al-akhlaq al-mahmudah ) serta menjauhkansegala akhlak tercela ( akhlak
madzmumah ).
Dari pengertian etimologi seperti ini, akhlak bukan saja merupakan tata
aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi
juga mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan mengatur hubungan dengan
alam sekalipun.
Untuk menjelaskan mengenai masalah yang berkaitan dengan akhlak agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman. Perlu juga penulis jelaskan pengertian akhlak
secara terminologi, yang di dalam skripsi ini penulis kemukakan beberapa tokoh
yang mengemukakan tentang pengertian akhlak antara lain :
a.
Ibnu
Maskawaih
Akhlak adalah keadaan jiwa
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran lebih dahulu.
b.
Imam
Ghozali
Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang
tertanam dalam jiwa yang mendorang perbuatan, perbuatan yang sepontan tanpa
memerlukan pertimbangan.
c. Muhammad bin Ali asy-Syarif al-Jurjani
Akhlak
adalah istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya
terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berpikir dan
merenung.
d. Ahmad bin Mushthafa
Akhlak
adalah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan. Dan keutamaan
itu adalah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan, yaitu : kekuatan
berpikir, kekuatan marah, kekuatan syahwat.
e. Muhammad bin Ali al-Faruqi at-Tahanawi
Akhlak adalah keseluruhannya kebiasaan,
sifat, alami, agama, dan harga diri.
f. Abdul Karim Zidan
Akhlak adalah nilai-nilai sifat yang tertanam
dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangan seseorang dapat menilai perbuatan
baik atau buruk, kemudian memilih melakukan atau meninggalkan.
Para ulama Islam yang menulis tentang akhlak itu
menjelaskan, bahwa akhlak yang baik adalah jika ia sesuai dengan syariat Allah,
berhak mendapatkan ridha-Nya, dan dalam memegang akhlak yang baik ini sambil
memperhatikan pribadi, keluarga, dan masyarakat, sehingga di dalamnya terdapat
kebaikan dunia dan akhirat.
2. Tujuan Akhlak
Tujuan utama akhlak adalah
agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus,
jalan yang telah digariskan oleh Allah swt.. Inilah yang akan mengantarkan
manusia kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Akhlak mulia merupakan
tujuan pokok dalam pendidikan akhlak Islam. Akhlak seseorang akan dianggap
mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Al-Quran.
Oleh karena itu Islam sangat memuji seseorang yang mempunyai akhlak yang mulia dan menyerukan setiap kaum
muslim untuk selalu berakhlakul karimah yang pada akhirya bisa menambah
keimanan kepada Allah SWT.
Selain itu juga akhlak mempunyai tujuan yang bisa berfungsi dengan baik
antara lain yaitu :
a.
Mendapat Ridho Allah SWT.
Orang yang melakukan segala
perbuatan karena mengharap ridho Allah berarti ia telah ikhlas atas perbuatan
yang dilakukannya.
b.
Membentuk kepribadian muslim.
Maksudnya segala perilaku, baik ucapan, perbuatan, pikiran dan.kata hati
mencerminkan sikap ajaran –ajaran agama Islam.
c. Mewujudkan perbuatan yang mulia dan
terhindar dari perbuatan tercela.
Dengan bimbingan hati yang disertai dengan ridho kepada Allah dengan hati
yang ikhlas, maka akan terwujudnya perbuatan yang terpuji yang seimbang antara
kepentingan dunia dan kepentingan akhirat serta terhindar dari perbuatan yang
tercela.
Di samping itu tujuan akhlak adalah hendak menciptakan manusia sebagai
mahkluk yang tinggi dan sempurna untuk membedakan makhluk-makhluk yang lain .
Akhlak hendak menjadikan manusia yang berkelakuan baik, bertindak baik terhadap
manusia, terhadap sesama makhluk dan terhadap Allah yang telah menciptakan.
3. Sumber-Sumber Akhlak
Akhlak bersumber pada Al-Quran wahyu Allah yang tidak diragukan keasliannya
dan kebenarannya. Dengan Nabi Muhammad sebagai the living Qur’an. Semua
pengikut Muhammad juga harus dicelup ( baca: diajarkan ) dengan celupan
( baca: ajaran ) al-Quran, semua muslim harus menjadi duplikat ( mencontoh )
Nabi Muhammad. Akhlak Islam adalah sebagai alat untuk mengontrol semua
perbuatan manusia, dan setiap perbuatan manusia diukur dengan suatu sumber
yaitu al-Quran dan al-Hadis. Dengan demikian, kita harus selalu mendasarkan
pada al-Quran dan al-Hadis sebagai sumber akhlak.
Ketika Ummul Mukminin, Aisyah r.a., ditanya oleh Jabir bin Nufair tentang
akhlak Rasulullah saw., ia berkata,
كان خلقه القرأن
” Akhlak beliau adalah
Al-Quran.” ( HR Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad ).
Berangkat dari perkataan Aisyah r.a., istri Rasulullah saw.diatas, dapat
diambil kesimpulan bahwa pendidikan akhlak yang terangkum dalam al-Quran
disertai dengan as-Sunnah sebagai perincinya sudah cukup bagi kita sebagai kaum
muslimin.
Al-Quran membahas semua
nilai-nilai akhlak tanpa terkecuali. Ayat-ayatnya tidak meninggalkan suatu pun permasalahan yang berhubungan
dengan akhlak. Setiap dimensi yang berkaitan dengan akhlak terdapat di dalamnya
baik berbentuk perintah, larangan maupun berbentuk ajaran, baik mengenai akhlak
terpuji maupun mengenai perilaku tercela.
|
Dalam As Sunnah sendiri terdapat keteladanan-keteladanaan Nabi Muhammad
SAW. dalam kehidupan sehari-hari Beliau. Dan Allah SWT dalam wahyuNya
menyerukan agar umat Islam mengikuti keteladanan dan contoh yang dilakukan
Rosulullah dalam surat Al-Ahzab ayat 21 yang
Artinya : Sesungguhnya adalah bagi kamu pada (diri) Rosullullah itu satu
ketauladanan bagi orang yang percaya kepada Allah dan hari Kemudian dan menyebut
Allah dengan (sebutan) yang banyak. (Al-Ahzab ;21) Selain itu tingkah laku Nabi Muhammad SAW perilakunya mencerminkan
Al-Qur’an, sehingga bisa bermanfaat bagi
umat Islam dijadikan sebagai suri
ketauladanan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dijadikan dasar dalam menciptakan Akhlakul
Karimah bagi umat Islam. Adapun penghargaan untuk memperoleh rahmat Allah adalah mengharapkan
penuain (balasan) yang diinginkan kelak di hari kiamat. Setiap orang yang
memiliki kejernihan hati tentu menyadari bahwa dunia ini adalah tempat bertanam
bagi penuaian kelak di akhirat. Di samping
itu di dalam As Sunnah Rosulullah memberikan pedoman dan tuntunan yang berarti
agar umat Islam mengerjakan hal yang baik dan tidak terjerumus dalam
perbuatan-perbuatan dosa atau tercela. Namun daripada itu hati nurani manusia tidak
selalu berjalan dengan baik, karena dalam praktek kehidupan sehari-hari banyak
di jumpai tantangan-tantangan dan rintangan yang selalu membayangi kita dan
menghadang kita bahkan menggoda kita.
Tetapi itu semua tergantung pada seseorang itu, apakah ia kuat menerima
tantangan itu atau tidak. Itu semua
tergantung pada keimanan dan ketakwaan orang tersebut, karena dialah menjalani
hidup sendiri, akan tetapi di dalam ajaran agama Islam kita di tuntut untuk
berusaha semaksimal mungkin
4. Pembagian Akhlak
Akhlak manusia terdiri atas akhlak yang baik ( al-akhlaq al-mahmudah )
dan akhlak yang tercela ( akhlaq madzmumah ), sehingga harus
diperhatikan baik sejak mau tidur hingga bangun dari tidurnya, sejak bangun
tidur sampai akan tidur kembali. Jadi akhlak seseorang itu dapat digolongkan
menjadi dua kategori.
0 Response to "Pengamalan Nilai Akhlak"
Post a Comment