METODE MEMAHAMI ISLAM
Pada bagian ini penulis akan mencoba menelusuri metode
memahami Islam sepanjang yang dapat dijumpai dari berbagai literatur keislaman.
Dalam buku herjudul Tentang Sosiologi Islam, karya Ali Syari'ati, dijumpai
uraian singkat mengenai metode memahami yang pada intinya Islam harus dilihat
dari berbagai dimensi.
Dalam hubungan ini, ia mengatakan jika kita meninjau
Islam dari satu sudut pandangan saja, maka yang akan terlihat ha-nya satu dimensi
saja dari gejalanya yang bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya
secara tepat, namun tidak cukup bila kita ingin memahaminya secara keseluruhan.
Buktinya ialah Alquran sendiri. Kitab ini memiliki banyak dimensi; sebagiannya
telah dipelajari oleh sarjana-sarjana besar sepanjang sejarah. Satu dimensi,
misalnya, mengandung aspek-aspek linguistik dan sastra Alquran.
Para sarjana sastra telah mempelajarinya secara
terperinci. Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis dan keimanan Alquran
yang menjadi bahan pemikiran hagi para filosof serta para teolog hari ini.
Dimensi alquran lainnya lagi yang belum dikenal ialah dimensi manusiawinya,
yang mengandung persoalan historis, sosiofogis, dan psikologis. Dimensi ini
belum banyak dikenal, karena sosiologi, psikologi ilmu-ilmu manusia memang jauh
lebih muda dibandingkan ilmu-ilmu alam.
Apalagi ilmu sejarah yang merupakan ilmu termuda di dunia.
Namun yang
dimaksudkan dengan ilmu sejarah di sini tidaklah identik dengan data historis
ataupun buku-buku sejarah yang tergolong dalam buku-buku tertua yang pernah
ada.
Untuk memahami islam secara benar ini, Nasruddin Razak
mengajukan empat cara. :
Pertama, Islam harus dipelajari dari sumbernya
yang asli, yaitu Alquran dan
Al-Sunnah Rasulullah. Kekeliruan memahami Islam, karena orang hanya
megenalnya dari sebagian ulama dan pemeluknya yang telah jauh dari bimbingan
Alquran dan Al-Sunnah, atau melalui pengenalan dari sumber – sumber kitab fiqih
dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
Mempelajari Islam dengan cara demikian akan menjadikan orang tersebut sebagai
pemeluk Islam yang sinkretisme, hidup penuh bid’ah dan khurafat, yakni telah
tercampur dengan hal-hal yang tidak Islami, dari ajaran Islam yang murni.
Kedua, Islam harus dipelajari secara integral,
tidak dengan cara parsial, artinya dipelajari secara menyeluruh sebagai satu
kesatuan yang bulat tidak secara. sebagian saja. Memahami Islam secara parsial
akan membahayakan, menimbulkan skeptis, bimbang dan penuh keraguan.
Ketiga, Islam perlu dipelajar dari kepustakaan
yang ditulis oleh para ulama besar.
Keempat, Islam hendaknya dipelajari dari
ketentuan normatif teologis yang ada dalam Alquran, baru kemudia dihubungkan
dengan kenyataan historis, empiris, dan sosiologis yang ada di masyarakat.
Dengan cara demikian dapat diketahui tingkat kesesuaian atau kesenjangan antara
Islam yang berada pada dataran normatif teologis yang ada dalam Alquran dengan
Islam yang ada pada dataran historis, sosiologis, dan empiris.
Memahami Islam dengan cara keempat sebagaimana
disebutkan di atas, akhir-akhir ini sangat diperlukan dalam upaya menjunjukkan
peran sosial dan kemanusiaan dari ajaran Islam itu sendiri.
Dari uraian tersebut kita melihat bahwa metode yang
dapat digunakan. untuk memahami Islam secara garis besar ada dua macam.
Pertama, metode komparasi, yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan
seluruh aspek yang ada dalam agama Islam tersebut dengan agama lainnya, dengar.
cara demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang objektif dan utuh
Kedua,
metode sintesis, vaitu suatu cara memahami Islam yang memadukan antara metode
ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya
dengan metode teologis normatif.
Metode ilmiah digunakan untuk memahami Islam yang
tampak dalam kenyataan historis, empiris, dan sosiologis, sedangkan metode
teologis normatif digunakan untuk memahami: Islam yang terkandung dalam kitab
suci.
Melalui metode teologis normatif ini seseorang memulainya dari meyakini
Islam sebagai agama yang mutlak benar. Hal ini didasarkan pada alasan, karena
agama berasal dari Tuhan dari apa yang berasal dari Tuhan mutlak benar, maka
agama-pun mutlak benar Setelah itu dilanjutkan dengan melihat agama sebagaimana
norma ajaran yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia yang secara
keseluruhan diyakini amat ideal.
Melalui metode teologis normatif yang
tergolong tua usianya ini dapat dihasilkan keyakinan dan kecintaan yang kuat,
kokoh, dan militan pada Islam, sedangkan dengan metode ilmiah yang dinilai
sebagai tergolong Muda usianya ini dapat dihasilkan kemampuan menerapkan Islam
yang diyakini dan dicintainya itu dalam kenyataan hidup serta memberi jawaban
terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi manusia.
0 Response to "Memahami agama Islam"
Post a Comment