TIPOLOGI
TUGAS KONSEPSI TIPOLOGI
TUGAS KONSEPSI TIPOLOGI
Dosen pengampu : Dr. Nurdin, S.Ag., S.S., M.A.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdullillahirobil’alamin, kami
panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Konsepsi
Tipologi “ ini dengan lancar. Selain itu
kami ucapkan terimakasih kepada:
- Bapak Dr.
Nurdin Laugu, S. Ag., SS., M. Si,
selaku dosen kami,
- Teman-teman
yang telah membantu makalah ini.
Sehingga kami dapat mengerjakan dan
menyelesaikan makalah ini dengan lancar, tanpa ada suatu halangan apapun.Namun
makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami meminta saran dan
krtitik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
umumnya bagi pembaca, namun khususnya bagi kami sendiri.
Wassalamualaikum. Wr.Wb
Yogyakarta, 10 April 2018
Penyusun
A.
PENDAHULUAN
Berbicara mengenai perpustakaan,
tidak mungkin lepas dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat informasi mudah di akses
dengan cepat yang membawa perubahan pola
pikir masyarakat menjadi lebih maju. Perkembangan masyarakat tidak terlepas
dari peran banyak pihak, salah satunya dari seorang cendekia yang merubah
paradigm masyarakat untuk berfikir maju. Peran seorang cendekia ini digunakan
untuk membantu
Dengan
perkembangannya teknologi yang semakin
pesat menjadi hal penting akan hadirnya
perpustakaan di tengah-tengah masyarakat yang beragam. Menurut UU RI No 43 Tahun 2007, perpustakaan
adalah suatu institusi yang mengelola karya tulis, karya cetak dan atau karya
rekam secara professional dengan system yang baku guna memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka.
Maka perpustakaan pada saat ini tidak hanya sekedar gedung yang berisi tumpukan
buku-buku , tetapi sebagai sumber pengetahuan dan informasi. Apalagi dengan
perkembangan teknologi yang memudahkan masyarakat untuk mengaksesnya.
Melihat kebutuhan
masyarakat dalam hal informasi , koleksi dan adanya perpustakaan itu bisa
menimbulkan adanya konsepsi tipologi perpustakaan. Konsepsi tipologi
perpustakaan bisa membuat perpustakaan itu bisa dikelompokkan. Pengelompokan ini disebabkan adanya faktor yang
mempengaruhinya diantaranya faktor informasi, pengetahuan dan masyarakat.
Pada hakikatnya setiap perpustakaan memililki sejarah yang berbeda-beda. Karena
sejarahnya yang berbeda-beda itu , setiap perpustakaan memiliki tujuan,
anggota, organisasi, dan kegiatan yang berlainan maka berpengaruh pada masa
yang akan datang seperti timbulnya berbagai jenis perpustakaan.
Oleh sebab itu, disini kami mengelompokkan perpustakaan menjadi dua tipe
besar yaitu perpustakaan umum dan perpustakaan khusus. Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang
diperuntukkan untuk masyarakat umum, sedangkan perpustakaan khusus adalah
perpustakaan yang menyediakan koleksi , pengetahuan dan opini yang terbatas
pada satu subjek yang saling berkaitan.
B.
BAHASAN
2.1 Old Typology
Inilah
konsep tipologi yang dipaparkan oleh Bapak Nurdin Laugu, S. Ag., SS., M. Si.
Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat di skema berikut
Tipologi
perpustakaan berdasarkan konsep dari Bapak Dr. Nurdin Laugu, S. Ag., SS., M. Si
adalah dimana melahirkan dua jenis perpustakaan yaitu perpustakaan keagamaan dan perpustakaan non keagamaan.
Jenis
perpustakaan keagamaan dibagi menjadi perpustakaan Islam dan perpustakaan non Islam.
Perpustakaan Islam terbagi menjadi Masjid, Sekolah, Universitas, Lembaga, Kerajaan
dsb, sedangkan untuk perpustakaan Non
Islam terdiri dari Kristen, Katolik, Hindu, Budha dsb. Untuk jenis perpustakaan non keagamaan dibagi
menjadi perpustakaan umum, perpustakaan khusus, dan perpustakaan pribadi.
Dari
perpustakaan umum, bagian-bagiannya terdiri dari perpustakkan
daerah/pemerintah, perpustaan masyarakat / non pemerintah, TBM, Dsb. Kemudian
dari perpustakaan khusus dibagi dalam dua bagian, yaitu perpustakaan akademik
dan non akademik. Yang termasuk dalam perpustakaan akademik diantaranya adalah perguruan tinggi, Sekolah, dan pra sekolah. Dari non akademik ada
perpustakaan penelitian, perpustakaan bank, perpustakaan perusahaan, dsb.
2.2 Kritik Detail
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami, kami kurang setuju dengan konsep
tipologi yang dibuat oleh Bapak Dr. Nurdin Laugu S.Ag. , S.S., M.Si dengan
alasan pembagian tersebut kurang umum, karena hanya dibagi menjadi perpustakaan
agama dan non keagamaan. Padahal jika pembagian berdasarkan agama menimbulkan
kontroversi atau kesenjangan sosial agama di kalangan masyarakat. Misalnya, perpustakaan yang didominasi oleh
agama A cenderung memiliki koleksi yang berhubungan dengan agama tersebut, sehingga pemustaka yang mayoritasnya beragama A tidak memberi peluang bagi agama lain untuk mengunjungi
perpustakaan tersebut. Kami berpendapat tipologi perpustakaan dibagi menjadi
dua bagian perpustakaan yaitu perpustakaan umum dan perpustakaan khusus bukan
dengan pembagian agama dan non keagamaan.
Menurut konsepsi old tipologi diatas,
perpustakaan keagamaan dibagi menjadi dua, yaitu perpustakaan islam dan non
islam. Disini menimbulkan
pertanyaan mengapa harus mengatasnamakan satu agama dalam pembagian tersebut, padahal
di indonesia memiliki beberapa agama yang diakui. Mengapa dalam konsep keagamaan
tersebut tidak langsung dibagi saja berdasarkan jumlah agama yang ada.
Kami mengusulkan dengan konsep tipologi baru dalam perpustakaan keagamaan
langsung dibagi menjadi agama Islam, Hindu, Buddha, Kristen, Katolik, Konghucu
untuk meminimalisir terjadinya diskriminasi dalam perbedaan agama dan
perpustakaan keagamaan masuk dalam perpustakaan khusus. Selain itu dari segi pustakawan pun dalam memberi pelayanan kepada pemustaka tidak boleh
membedakan agama pemustaka yang berkunjung. Suatu perpustakaan dalam menerima
pustakawan tidak boleh melihat dari latar belakang agama karena itu termasuk
dalam diskriminasi dan privasi masing-masing.
Karena keagamaan masih
bersifat spesifik terutama mempengaruhi kepercayaan bagi diri seseorang.
Sehingga alangkah baiknya perpustakaan agama kita khususkan seperti yang kita
ketahui bahwa perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang
dibentuk oleh lembaga atau perusahaan yang mempunyai misi tertentu dengan
tujuan untuk memnuhi kebutuhan lingkungannya, baik dalam pengelolaan, layanan,
dan bahan pustaka yang mana itu dikelola oleh seorang pustakawan. Selain itu,
perpustakaan keagamaan hanya memilki koleksi yang terbatas pada agama tertentu
dan tidak menyedikan koleksi umum yang lengkap.
Pada old tipologi perpustakaan non keagamaan dibagi menjadi perpustakaan
umum, khusus, dan pribadi. Kritik kami terhadap konsep tersebut kurang setuju,
karena penamaan non keagamaan tersebut kurang tepat, alangkah lebih baiknya
pembagianya lebih dirinci lagi tidak dalam bagian non keagamaan. Yang pertama dalam
kategori perpustakaan umum. Perpustakaan umum kami jadikan di bagian lini kedua
dan masih bisa dibagi lagi menjadi sub-sub bagian karena perpustakaan umum adalah
perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani masyarakat
umum dan mempunyai ciri-ciri tersendiri ( Sulistyo Basuki, 1993 : 46 ).
Dalam old tipology
perpustakaan umum berada dibawah bagian
perpustakaan non keagamaan. Kemudian bagian-bagian dari perpustakaan umum
tersebut terdiri dari daerah atau pemerintahan, masyarakat atau non pemerintahan, TBM. Disini kami kurang setuju dengan pembagian tersebut karena ada
bagian yang bisa dimasukkan kedalam bagian lain, yaitu TBM yang dapat
dimasukkan kedalam perpustakan non permerintah. Karena TBM itu dikelola secara mandiri oleh suatu
komunitas masyarakat. Komunitas
tersebutlah yang membangun dan mengelola TBM sendiri. Mereka mencari dan
mengelola koleksi TBM secara mandiri.
Maka TBM tersebut termasuk dalam
kategori yang dikelola oleh pihak non pemerintah. Selain itu, kami juga
menambahkan RBM karena tujuan, visi, misi dan pengelolaannya sama dengan TBM
yang dilakukan oleh komunitas di masyarakat.
Kami
berpendapat perpustakaan umum hanya dibagi menjadi dua bagian. Yaitu
perpustakaan pemerintah dan non pemerintah. Untuk perpustakaan pemerintahan
kami bagi lagi menjadi perpustakaan Nasional, Perpustakaan Kota, Perpustakaan Daerah,
Perpustakaan Kabupaten, Perpustakaan Kecamatan, Perpustakaan
Desa
serta perpustakaan keliling . Karena
perpustakaan-perpustakaan tersebut di kelola dan diatur di bawah pemerintah. Biaya
sarana, prasarana, fasilitas dan koleksi di tanggung oleh dana umum, misalnyapajak, subsidi
pemerintah daerah serta dana dari pemerintah daerah untuk
mengembangkan perpustakaan menjadi pusat informasi untuk masyarakat. Khususnya untuk
perpustakaan keliling, kami masukkan ke perpustakaan umum karena perpustakaan keliling
merupakan bagian dari perpustakaan umum yang mendatangi pemakai dengan
menggunakan kendaraan darat / air. Perpustkaan keliling ini bertujuan untuk
memungkinkan penduduk yang pemukimannya jauh dari perpustakaan dapat memanfaatkan perpustakaan dengan
mengelompokkan objeknya yaitu pendidikan, informasi, kebudayaan, dan rekreasi. Sedangkan
pada non pemerintah kami bagi lagi menjadi Taman Baca Masyarakat dan Rumah Baca
Masyarakat karena diatur dan dikelola oleh kelompok masyarakat langsung secara mandiri.
Pada konsepsi old tipologi, perpustakaan khusus masuk ke dalam
non-keagamaan kami kurang setuju, alangkah baiknya di buat bagan baru di lini
kedua jenis perpustakaan. Perpustakaan khusus sendiri adalah perpustakaan yang
bisa berupa departemen, lembaga negara, lembaga penelitian, organisasi massa ,
mmaupun perushaan swasta. Dengan ciri-ciri diantaranya memiliki buku yang terbatas dan anggota yang terbatas. Dilihat kembali dalam
old tipologi , pada bagian lini perpustakaan khusus, disana perpustakaan khusus
terdiri dari perpustakaan akademik dan perpustakaan non akademik. Dalam hal ini kami setuju, hanya saja pada bagian
perpustakaan non akademik, kami berpendapat untuk penamaan
non akademik diganti menjadi perpustakaan lembaga. Alasan kami mengubah nama dari
perpustakaan non akademik ke perpustakaan lembaga karena mempermudah masyarakat
dalam memahami selain itu sub bagiannya
berupa sebuah lembaga-lembaga. Sehingga
bagian dari perpustakaan khusus ini terdiri dari perpustakaan akademik, perpustakaan
Agama, perpustakaan Lembaga, dan perpustakaan Pribadi.
Untuk perpustakaan akademik dalam konsep old typology dibagi menjadi tiga bagian
yaitu Perguruan Tinggi, Sekolah dan Pra Sekolah, kami kurang setuju karena
menurut kami untuk yang pra sekolah yang terdiri dari TK dan PAUD kurang
efektif, karena pada dasarnya koleksi yang ada dalam perpustakaan TK dan PAUD
hampir sama, dilihat dari usia anak PAUD dan TK tidak terlampau jauh. Oleh
sebab itu perpustakaan pra sekolah kami gabung ke perpustakaan sekolah.
Oleh sebab itu perpustakaan akademik kami bagi menjadi dua bagian yaitu
perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan sekolah. Perpustakaan perguruan
tinggi adalah perpustakaan yang ada dalam perguruan tinggi dengan maksud
mencapai tujuannya yaitu Tri Dharma ( Pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat ). Selanjutnya perpustakaan
sekolah adalah perpustakaan yang tegabung pada sebuah sekolah, dikelola
sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan memberikan pendidikan,
membantu sekolah dalam mencapai tujuanya. Dalam kelompok perpustakaan sekolah
didalamnya terdapat perpustakaan TK, SD, SMP dan SMA.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas kalau perpustakaan keagamaan berada di
lini kedua dan dibagi menjadi perpustakaan islam dan perpustakaan non islam.
Namun kami berpendapat untuk memasukan
perpustakaan keagamaan ke dalam perpustakaan khusus. Karena perpustakaan
keagamaan menyediakan bahan perpustakaan yang kebanyakan tentang keagamaan dan bersifat khusus. Kami membagi perpustakaan
keagamaan menjadi 6 sub bagian, yaitu perpustakaan islam, kristen, katolik,
hindu, budha dan konghucu, dengan alasan menghilangkan adanya diskriminasi
agama . Selain itu untuk mempermudah pemustaka untuk menemukan informasi dan
koleksi sesuai apa yang diinginkan terutama dalam hal keagamaan.
Selanjutnya dalam old typology terdapat perpustakaan non akademik, kemudian kami ganti nama
menjadi
perpustakaan lembaga untuk mempermudah dipahami oleh masyarakat . Perpustakaan lembaga juga kami masukkan
kedalam perpustakaan khusus Kemudian perpustakan lembaga kami bagi lagi menjadi
beberapa bagian diantaranya perpustakaan bank, penelitian, rumah sakit ,
pesantren dan perusahaan. Karena perpustakaan tersebut di naungi dibawah sebuah
lembaga dan digunakan oleh yang bersangkutan dengan lembaga tersebut.
Dalam old typologi perpustakaan pribadi masuk kedalam perpustakaan non
keagamaan. Kami kurang setuju karena perpustakaan pribadi dimiliki atau
dikelola oleh pihak swasta atau pribadi dengan tujuan melayani keperluan bahan
pustaka bagi kelompok, keluarga, atau individu. Karena semuanya dibiayai oleh
swasta maka perpustakaan sejenis ini hanya melayani keperluan kelompok terbatas
pula. Dalam kelompok ini termasuk pula perpustakaan sewa artinya perpustakaan
yang memungut sewa atas buku yang dipinjam oleh anggotanya. Jadi perpustakaan
pribadi lebih cocok dimasukkan ke dalam jenis perpustakaan khusus.
2.3 Diskripsi Narasi
Konsepsi tipologi
perpustakaan membuat perpustakaan itu bisa dikelompokkan berdasarkan adanya
beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya informasi, pengetahuan dan
masyarakat. Oleh sebab itu, disini kami mengelompokkan perpustakaan menjadi dua
tipe besar yaitu perpustakaan umum dan perpustakaan khusus karena menurut kami telah
menyediakan kebutuhan informasi dan koleksi yang sesuai dengan keperluan
pemustaka. Perpustakaan umum menyediakan koleksi umum dengan tingkat
intelektual yang umumnya sesuai dengan pemustaka sedangkan perpustakaan khusus
menyediakan koleksi yang khusus, spesifik dan tingkat intelektual yang tinggi.
Untuk
pembagian yang pertama yaitu perpustakaan umum. Dalam perpustakaan umum ini
kami bagi lagi menjadi dua bagian yaitu perpustakaan pemerintah dan perpustakan
non pemerintah. Untuk perpustakaan pemerintahan kami bagi menjadi
perpustakaan Nasional, perpustakaan Kota, perpustakaan Daerah, perpustakaan
Kabupaten, perpustakaan Kecamatan, perpustakaan Desa serta perpustakaan
keliling. Karena
perpustakaan-perpustakaan tersebut di kelola dan diatur di bawah pemerintah.
Biaya sarana, prasarana, fasilitas dan koleksi di tanggung oleh dana umum, misalnya
pajak, subsidi pemerintah daerah serta dana dari pemerintah daerah untuk
mengembangkan perpustakaan menjadi pusat informasi untuk masyarakat. Khususnya untuk
perpustakaan keliling, kami masukkan ke perpustakaan umum karena perpustakaan
keliling merupakan bagian dari perpustakaan umum yang mendatangi pemakai dengan
menggunakan kendaraan darat / air. Perpustkaan keliling ini bertujuan untuk
memungkinkan penduduk yang pemukimannya jauh dari perpustakaan dapat memanfaatkan perpustakaan dengan
mengelompokkan objeknya yaitu pendidikan, informasi, kebudayaan, dan rekreasi.
Sedangkan pada non pemerintah kami bagi lagi menjadi Taman Baca Masyarakat dan
Rumah Baca Masyarakat karena diatur dan dikelola oleh kelompok masyarakat
langsung secara mandiri.
Selanjutnya yaitu perpustakaan khusus. Yang pertama yaitu
perpustakaan akademik , yang kami bagi menjadi dua bagian yaitu perpustakaan
perguruan tinggi dan perpustakaan sekolah. Perpustakaan perguruan tinggi adalah
perpustakaan yang ada dalam perguruan tinggi dengan maksud mencapai tujuannya
yaitu Tri Dharma ( Pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat ). Selanjutnya perpustakaan sekolah adalah
perpustakaan yang tegabung pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah
yang bersangkutan, dengan tujuan memberikan pendidikan, membantu sekolah dalam
mencapai tujuanya. Dalam kelompok perpustakaan sekolah didalamnya terdapat
perpustakaan TK, SD, SMP dan SMA.
Yang
kedua yaitu perpustakan keagamaan, yang awalnya berada di lini kedua, tetapi kami mengubahnya dengan memasukkan ke dalam perpustakaan
khusus. Untuk perpustakaan keagamaan
kami mengusulkan untuk langsung dibagi menjadi agama Islam, Hindu, Buddha,
Kristen, Katolik, dan Konghucu yang bertujuan untuk meminimalisir terjadinya diskriminasi
dalam perbedaan agama . Selain itu pembagian ini ditujukan untuk memberikan kemudahan
pemustakan untuk mencari apa yang dicarinya yang berkaitan dengan agama agar
lebih cepat dan spesifik.
Perpustakaan
agama kita khususkan karena seperti yang kita ketahui bahwa perpustakaan khusus
adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga atau perusahaan
yang mempunyai misi tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
lingkungannya, baik dalam pengelolaan, layanan, dan bahan pustaka yang mana itu
dikelola oleh seorang pustakawan. Selain itu, perpustakaan keagamaan hanya
memilki koleksi yang terbatas pada agama tertentu dan tidak menyedikan koleksi
umum yang lengkap.
Yang ketiga yaitu perpustakaan lembaga, yang
awalnya dinamai dengan perpustakaan non akademik, perubahan nama ini kami
lakukan untuk mempermudah masyarakat dalam memahaminya. Kemudian perpustakan
lembaga tersebut kami bagi lagi menjadi beberapa subbagian diantaranya perpustakaan bank, penelitian, rumah
sakit , pesantren dan perusahaan. Karena perpustakaan tersebut di naungi
dibawah sebuah lembaga dan digunakan oleh yang bersangkutan dengan lembaga
tersebut.
Yang keempat yaitu
perpustakaan perpustakaan pribadi, yang awalnya masuk kedalam perpustkaan non
keagamaan , disini kami mengganti dengan memasukkan ke dalam perpustakaan
khusus. karena
perpustakaan pribadi dimiliki atau dikelola oleh pihak swasta atau pribadi
dengan tujuan melayani keperluan bahan pustaka bagi kelompok, keluarga, atau
individu. Karena semuanya dibiayai oleh
swasta maka perpustakaan sejenis ini hanya melayani keperluan kelompok terbatas
pula. Dalam kelompok ini termasuk pula perpustakaan sewa artinya perpustakaan
yang memungut sewa atas buku yang dipinjam oleh anggotanya. Jadi perpustakaan
pribadi lebih cocok dimasukkan ke dalam jenis perpustakaan khusus.
C.
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Pembahasan mengenai konsepsi tipologi, tentulah melahirkan kerangka pikir
yang berbeda-beda dari setiap orang. Karena setiap individu ataupun kelompok
memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap sesuatu yang akan dirumuskan.
Maka, kesimpulan yang dapat kami tarik dari konsepsi tipologi perpustakaan
ini adalah adanya sedikit perubahan dari old typologi perpustakaan yang
dipaparkan oleh Bapak Nurdin Laugu, S.
Ag., SS., M. Si. menjadi new typologi yang telah kami buat. Dalam konsepsi old
typologi, perpustakaan dibagi berdasarkan sudut pandang keagamaan dan non
keagamaan, kemudian dari perpustakaan keagamaan dibagi dua bagian yaitu islam
dan non islam sampai dibagi menjadi beberapa sub bagiannya. Sedangkan dari
perpustakaan non keagamaan, perpustakaan dibagi menjadi perpustakaan umum,
khusus, dan pribadi sampai beberapa sub bagiannya. Detailnya bisa dilihat pada
skema old typologi diatas.
Jika diperhatikan, perubahan yang kami buat dalam new typologi adalah
mengenai penempatan tingkatan lini, sedikit penambahan jenis dan pembagian yang
lebih spesifik. Yaitu pembagian utama perpustakaan dibagi berdasarkan
perpustakaan umum dan khusus. Kemudian pada perpustakaan umum dibagi
berdasarkan perpustakaan pemerintah dan perpustakaan non pemerintah sampai
beberapa sub bagiannya. Sedangkan beberapa jenis perpustakaan khusus terdiri
dari perpustakaan akademik, agama, lembaga, dan pribadi.
Salah satu jenis perpustakaan yang kami tambahkan dalam new typologi adalah
perpustakaan keliling dan perpustakaan sewa. Untuk pendapat dan alasannya telah
kami paparkan dalam kritik detail dan deskripsi narasi diatas.
2.2 Saran
Karena konsepsi typologi itu heterogen,
maka banyaklah persepsi berbeda yang dipaparkan oleh banyak kalangan. Saran kami, seseorang atau suatu kalangan sebaiknya tidak menklaim
bahwa pendapat A maupun B itu benar atau salah. Maka dari itu harapan
kami setelah dibuatnya konsepsi typologi perpustakaan ini tidak menimbulkan banyak kontroversi ataupun perdebatan yang melebihi batasan kewajaran.
Kami menyadari dalam pembahasan konsepsi typologi ini tentulah banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran kami haturkan bagi
pembaca.
D.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Sulistyo. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
0 Response to "Konsepsi Tipologi Perpustakaan"
Post a Comment