2.1 Kesahihan (validity)
Sebuah
penelitian akan diaggap sahih apabila kesimpulannya benar serta dianggap handal
(reliable) bilamana penelitian
tersebut dapat diulang. Kesahihan atau validitas (validity) merupakan karakteristik esensial dari maujud (entity, entitas), prosedur atau gawai (device) yang secara aktual digunakan untuk mengukur dimensi.
Pengukuran merupakan proses untuk mengetahui dengan pasti dimensi, kuantitas,
atau kapasitas sesuatu. Pengukuran merupakan prosedur, di dalamnya seseorang
menumbuhkan angka, nomor, atau simbol lain pada variabel empiris sesuai dengan
ketentuan.
Desain
penelitian adalah rencana dan struktur kerangka kerja penelitian. Desain
penelitian dipengaruhi oleh sifat hipotesis, variabel, kendala pada dunia
nyata, dan sebagainya. Desain penelitian dibuat pada awal penelitian, mencakup
semua langkah penelitian.
2.1.1
Kesahihan dan Desain Penelitian
Kesahihan yang berkaitan dengan desain
penelitian terbagi atas tiga jenis. Pertama kesahihan intern (internal validity), sebuah penelitian
dikatakan sahih secara internal bilamana desain tersebut dapat secara tepat
mengidentifikasi hubungan kasual, bilamana ada, dan meniadakan penjelasan lain
mengenai hubungan tersebut. Kesahihan internal sangat penting bagi desain
penelitian eksperimen.
Kedua, kesahihan gagasan (construct validity). Desain penelitian
dianggap memiliki kesahihan gagasan (construct
validity) bilamana variabel yang diteliti dapat diidentifikasi dan diberi
ciri secara tepat. Desain penelitian ini memungkinkan mengidentifikasi konsep
atau gagasan dari spesifikasi penyebab dan akibat studi kasus yang
sesungguhnya.
Ketiga, kesahihan eksternal (external valid). Penelitian memiliki
kesahihan eksternal (external validity) bilamana
kesimpulan penelitian benar atau menunjang penelitian lain. Dengan kata lain,
temuan hendaknya benar bagi kajian yang dilakukan pada berbagai lingkungan atau
kondisi, misalnya pada waktu, bagi orang, di tempat lain. Mutu kesahihan
eksternal ditentukan dengan cara mengulang sebuah kajian atau menguji ulang
untuk mengetahui apakah hasilnya sama atau tidak terhadap lingkungan lain.
2.1.2 Kesahihan dalam
Pengukuran
Seberapa
jauh instrumen mengukur sesuatu dengan desainnya menunjukkan bagaimana
kesahihan ukuran tersebut. Salah satu contoh untuk mengukur sebuah kesahihan
sebuah instrumen adalah menggunakan matriks multicode-multisifat. Matriks
tersebut merupakan tebel korelasi untuk dua sifat atau ciri yang diukur
menggunakan dua metode atau lebih. Matriks menghasilkan korelasi yang relatif
tinggi mengenai skor yang mencerminkan ciri yang sama yang diukur oleh metode
yang berlainan. Korelasi diperoleh dari mengukur dua ciri yang berlainan dengan
menggunakan ukuran atau mengukur ciri-ciri dengan instrument yang sama akan
menghasilkan korelasi yang rendah. Bilamana dua uji yang terpisah diukur dengan
dua konsep yang berlainan, maka akan menghasilkan korelasi yang tinggi.
Sehingga kedua konsep tersebut kemungkinan besar tidaklah benar-benar berbeda.
Untuk
uji yang dibakukan, semacam uji kecerdasan atau IQ dan uji kepribadian, skor
andalan dan kesahihan dihitung berdasarkan aplikasi masa lalu serta kajian
kesahihan yang tersedia di literature. Namun demikian, untuk uji atau
instrument yang baru atau yang baru dikembangkan, skornya tidak tersedia. Skor
keandalan dapat dihitung dengan membuat korelasi skor tersebut dengan
menggunakan uji yang berulang-ulang. Metode yang digunakan untuk menilai
kesahihan sebuah instrumen ditentukan oleh jenis kesahihan yang berkaitan.
2.1.3
Kesahihan Logis
Kesahihan
logis (logical validity) adalah jenis
kesahihan yang umumnya berdasarkan pendapat pakar. Kesahihan logis mencakup
kesahihan isi dan kesahihan muka (face
validity). Kesahihan isi merupakan tingkat kesahihan sebuah instrumen dalam
mengukur bidang isi tertentu. Misalnya tes yang didesain untuk mengukur
kemampuan seorang mahasiswa dalam keterampilan perpustakan harus mengukur apa
yang seharusnya sudah dipelajari mahasiswa.
Kesahihan
isi harus berisi kesahihan benda (item) dan
kesahihan sampel. Kesahihan benda (item
validity) merupakan cerminan apakah benda instrumen atau alat uji
sesungguhnya merupakan instrumen untuk mengukur bidang isi. Kesahihan penarikan
sampel berkaitan dengan seberapa baik instrumen yang digunakan menarik sampel
bidang isi total. Sebuah tes menyangkut keterampilan perpustakaan hendaknya
tidak terbatas pada pengukuran kemampuan pemakai memeriksa buku. Tes tersebut
juga mencakup penggunaan katalog, indeks majalah, strategi penelusuran, dsb.
Kesahihan
muka sama artinya dengan kesahihan isi dan kedua-duanya dianggap saling
tertukarkan. Kesahihan muka adalah tingkatan sebuah uji nampak sebagaimana
adanya untuk mengukur pokok yang akan diukur. Kesahihan muka biasanya
berdasarkan pendapat pakar subjek yang diminta untuk menilai sebuah instrumen.
Metode menentukan kesahihan semacam itu sifatnya sangat subjektif namun
kadang-kadang metode itulah satu-satunya yang tersedia.
2.1.4 Kesahihan Empiris
Kesahihan
yang menyangkut ukuran di samping kesahihan logis adalah kesahihan empiris.
Kesahihan empiris berdasarkan kriteria yang objektif dan eksternal, berbeda
dengan kesahihan logis yang bersifat subjektif dan internal. Kesahihan empiris
mencakup kesahihan konkuren (bersamaan) dan kesahihan prediktif.
Kesahihan
konkuren (concurrent validio) menunjukkan
seberapa jauh skor sebuah tes atau instrumen pengumpulan data lainnya berkaitan
dengan skor lain yang sudah disahihkan atau divalidasikan. Kesahihan konkruen mewakili
kemampuan sebuah instrumen untuk membedakan di antara orang-orang yang
diketahui berbeda. Misalnya dalam membuat sebuah instrumen untuk mengukur
bagaimana pengguna menggunakan perpustakaan pusat, peneliti diharapkan sudah
membedakan antara mahasiswa program sarjana dengan mahasiswa program
pascasarjana karena sudah ada bukti bahwa cara mereka menggunakan perpustakaan
sudah berbeda. Bilamana anggota kedua kelompok (program sarjana dan
pascasarjana) memperoleh skor yang sama untuk ujian yang sama maka besar
kemungkinan bahwa ukuran tersebut bukanya mengukur penggunaan perpustakaan,
melainkan kemungkinan besar mengukur hal lain. Misalnya mengukur frekuensi
kunjungan ke perpustakaan akan berbeda dengan frekuensi penggunaan koleksi
perpustakaan.
Kesahihan
prediktif menyangkut seberapa jauh tingkat kemampuan sebuah instrumen dalam
mengenali perbedaan yang akan nampak lagi pada masa mendatang. Bila seseorang
memperkirakan bahwa pemakai yang lebih sering menggunakan perpustakaan adalah
mahasiswa pascasarjana daripada bukan pemakai atau pemakai yang jarang
menggunakan perpustakaan, maka observasi selanjutnya akan menunjang perkiraan
tersebut. Sejumlah besar orang yang memperoleh skor relatif pada pada kuesioner
penggunaan perpustakaan akan diterima pada program pascasarjana pada masa
mendatang karena mereka lebih sering menggunakan perpustakaan daripada pemakai
lain sesuai dengan hasil kuesioner sebelumnya.
2.1.5
Kesahihan Gagasan (construct validity)
Kesahihan
gagasan adalah kesahihan pengukuran yang didasarkan pada pertimbangan logis dan
kriteria eksternal. Definisi kesahihan gagasan menyerupai definisi kesahihan
muka karena dalam kesahihan gagasan mewakili seberapa jauh sebuah instrumen
mampu mengukur konsep sebagaimana dimaksud. Bila memilih sebuah tes atau
instrumen yang akan digunakan dalam sebuah penelitian, kita harus memilih
sebuah tes atau instrumen yang mampu mengukur secara cermat gagasan yang
dikaji. Proses pemilihan didasarkan atas pendapat pakar. Namun di sinilah
bedanya dengan kesahihan muka.
Kesahihan
gagasan tidak saja memerlukan pendapat pakar, melainkan juga menunjukkan bahwa
sebuah instrumen memang mengukur gagasan yang dikaji. Dalam istilah
operasional, kesahihan gagasan mensyaratkan bahwa dua ukuran atau lebih dari
berbagai gagasan, dengan menggunakan instrumen yang sama, menghasilkan korelasi
yang rendah (misalnya kesahihan diskriminan); dan dua ukuran atau lebih dari
gagasan yang sama menghasilkan korelasi yang tinggi walaupun menggunakan
instrumen yang berlainan (misalnya kesahihan konvergen).
Dengan
kata lain, sebuah instrumen harus mampu mengukur gagasan (sebagaimana diwakili
dalam variabel), membedakan gagasan dari yang lain dan mengukur gagasan lain
secara simultan.
2.2 Keandalan (reability)
Istilah
keandalan digunakan untuk menjelaskan sifat yang stabil, konsisten dari metode
penelitian, instrumen, data atau hasil yang dapat dipercayai (dependable). Bila desain sebuah
penelitian bersifat andal maka penemuan penelitian dapat diulang atau ditiru
serta dapat digeneralisasikan di luar sebuah penelitian. Penelitian
mensyaratkan bahwa orang lain dapat mengukur konsep dan membangun konsep
tersebut.
2.2.1
Keandalan dalam pengukuran
Penelitian
mensyaratkan bahwa peneliti harus dapat mengukur konsep dan gagasan sebagaimana
diwakili oleh variabel sehingga variabel ini diwujudkan menjadi definisi
operasional sebagai himpunan kategori atau skala. Sebuah ukuran dianggap andal
bilamana komponen dan galat ukuran atau kesenjangan antara skor yang diamati
dengan skor yang benar berjumlah kecil dan tidak berfluktuasi dari satu
observasi ke observasi lainnya.
Keandalan
dalam pengukuran dapat diberi definisi sebagai tingkat sebuah instrumen mampu
mengukur secara tepat dan konsisten, apapun yang diukurnya. Instrumen tersebut
harus cocok dengan tinukur (yang diukur), misalnya penggaris harus digunakan
untuk mengukur panjang atau lebar atau tinggi namun tidak dapat mengukur berat.
Hal itu tidak sahih. Sebaliknya jika timbangan yang digunakan untuk mengukur
berat, dapat dikatakan bahwa alat ukur timbangan itu sahih. Bila alat timbangan
yang digunakan untuk mengukur berat dari berbagai tempat menunjukkan hasil yang
cermat dan konsisten maka alt timbang itu dikatakan sebagai andal
2.2.2
Korelasi uji ulang
Peneliti
menggunakan teknik ini (instrumen pengumpulan data) yang sama untuk mengamati
atau mengumpulkan skor dua kali untuk kelompok subjek yang sama. Instrumen
digunakan pada waktu yang berlainan, misalnya hari Senin-Rabu-Minggu atau pagi,
siang, dan petang namun dalam kondisi yang sama. Kedua himpunan skor itu
kemudian dikorelasikan untuk mengetahui seberapa jauh konsistensi atau andalnya
instrumen itu dalam mengukur variabel. Semakin kecil galat ukuran semakin
tinggi korelasinya.
Bilamana
peneliti tidak mungkin mengulang proses pengukuran atau bilamana konsistensi
intern dari tes tersebut merupakan hal yang dianggap penting oleh peneliti,
maka dia memilih metode lain untuk menentukan keandalan instrumen. Misalnya
dengan menggunakan metode bagi dua. Peneliti membagi instrumen pengukuran
menjadi dua himpunan pertanyaan atau ukuran yang sama. Skor kedua bagian itu
kemudian diuji korelasi untuk menentukan keandalannya.
Metode
lain untuk menilai keandalan pengukuran adalah korelasi butiran (item) total.
Masing-masing skor butiran dikorelasikan dengan skor total, kemudian menghitung
jumlah koefisien rata-rata. Teknik lain ialah korelasi rata-rata antarbutiran,
masing-masing butiran dikorelasikan dengan setiap butiran lainnya. Koefisien
rata-rata mewakili ukuran konsistensi internal serta menunjukkan bagaimana
kemampuan butiran mengukur gagasan yang sama. Bila kondisi ini eksis maka
korelasi uji-uji ulang dari skor total akan lebih tinggi daripada korelasi
uji-uji ulang butiran individual.
Keandalan
juga dapat diungkapkan dalam ukuran galat baku (standard error) yang merupakan perkiraan berapa sering seseorang
mengharapkan galat dari besaran tertentu. Galat baku dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
Dengan
ketentuan bahwa
SEᵐ = galat baku k SD =
simpangan baku skor
R = koefisien keandalan (kepercayaan)
Ukuran galat yang kecil menunjukkan keandalan yang tinggi
dan sebaliknya.
2.3 Skala
Skala ialah ukuran majemuk yang terdiri dari
beberapa butiran (item) yang memiliki
struktur empiris atau logis. Skala dibagi menjadi empat jenis sebagai berikut.
2.3.1 Skala Nominal
Skala
nominal adalah skala kategoris yang terdiri atas dua kategori bernama atau
lebih dan digunakan untuk menggolongkan atau klasifikasi objek, perorangan,
atau tanggapan. Misalnya survei pemakai perpustakaan perguruan tinggi dapat
menggunakan skala nominal untuk mengelompokkan pemakai berdasarkan jurusannya.
Skala nominal yang paling sederhana adalah skala dikotomi yang hanya memiliki
dua nilai, misalnya ya atau tidak; laki-laki atau perempuan; dsb. Sifat skala
nominal ialah kategori yang dihasilkan bersifat kualitatif bukan kuantitatif.
2.3.2
Skala Ordinal
Skala
ordinal menentukan posisi relatif dari objek atau individual menyangkut dengan
ciri tertentu tanpa ada implikasi terhadap jarak antara masing-masing posisi.
Skala ini dikenal juga sebagai peringkat atau rank order. Contoh skala likert. Sebagai contoh pembaca dapat
membuat peringkat kepuasan pemakai dengan menggunakan skala ordinal sebagai
berikut. (gambar 2.1)
Gambar
2.1 Skala Ordinal
Dalam
hal gambar di atas kita tidak dapat mengasumsikan bahwa jarak dari “Sangat
tidak puas” ke “Tidak puas” sama dengan jarak antara “Netral” ke “Puas”. Dengan
kata lain julatan (range) kedua
mungkin mewakili perubahan yang lebih besar daripada julatan pertama.
2.3.3
Skala Interval
Skala
interval memberikan peringkat posisi namun ukuran intervalnya sama. Ini berbeda
dengan ukuran ordinal yang memiliki interval yang tidak sama. Di samping itu
skala interval memiliki titik nol, semua hasil yang berada di bawah titik nol
diberi nilai negatif. Skala suhu merupakan contoh skala interval. Data tingkat
interval lebih jarang digunakan daripada skala ordinal dalam ilmu sosial.
2.3.4 Skala Ratio
Skala
ratio tidak memiliki nol absolut, di bawah nol mutlak tidak ada nilai. Ini
berbeda dengan skala interval yang memiliki titik nol. Skala ratio memungkinkan
peneliti membandingkan magnitudo tanggapan atau ukuran. Misalnya frekuensi
penggunaan perpustakaan dapat dianggap menjadi data tingkat ratio. Dalam
menganalisis informasi semacam itu, peneliti diharapkan mampu menyatakan secara
tepat bahwa seorang pemakai menggunakan perpustakaan dua kali lipat pengguna
lain. Data tingkat ratio secara relatif jarang ditemukan dalam ilmu-ilmu sosial
karena hanya sedikit skala yang benar-benar memiliki titik nol murni.
0 Response to "Kesahihan (validity) dalam Penelitian serta Keandalan & Skala"
Post a Comment