BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PENYIANGAN
Penyiangan ( weeding ) adalah
suatu praktik dari pengeluaran atau pemindahan ke gudang, duplikat bahan
pustaka, buku-buku yang jarang digunakan dan bahan pustaka lainya yang tidak
lagi dimanfaatkan oleh pengguna.
Menurut Lasa (2005) penyiangan (weeding)
adalah upaya pengeluaran sejumlah koleksi dari perpustakaan karena dianggap
tidak relevan lagi, terlalu banyak jumlah eksemplarnya, sudah ada edisi baru,
atau koleksi itu termasuk terbitan yang dilarang. Koleksi ini dapat ditukarkan
dengan koleksi perpustakaan lainnya, dihadiahkan, atau dihancurkan untuk
pembuatan kertas lagi.
Penyiangan
koleksi (weeding) adalah kegiatan pemindahan/penarikan/ pengeluaran bahan
pustaka yang kurang atau sudah tidak dimanfaatkan oleh pengguna ke
gudang/tempat penyimpanan (Nurjanah, 2010).
Menurut
Spiller (1999) dalam Winoto (2004), penyiangan diartikan sebagai kegiatan
pemindahan koleksi dari satu tempat ke tempat lain, pencabutan koleksi dari
jajarannya atau, penyimpanan suatu koleksi ke tempat yang tidak diperuntukkan
bagi untuk umum.
Menurut
Dictionary of Library and Information Science (dalam Sugana, 2011), weeding
merupakan proses menentukan koleksi apa saja yang akan ditarik secara
permanen dan menentukan kriteria koleksi yang akan disiangi, khususnya terhadap
tumpukan-tumpukan buku yang membuat kapasitas ruang terbatas. Pada perpustakaan
umum biasanya menyiangi secara rutin dengan dasar sirkulasi, sedangkan
perpustakaan akademik weeding jarang dilakukan. Terkadang hanya
dilakukan pada rak-rak buku yang berantakan dan bila ada terjadi perubahan
kurikulum.
B.
ALASAN DILAKUKAN PENYIANGAN
Alasan yang sering dikemukakan
mengapa penyiangan itu perlu dilakukan :
1.
Menghemat tempat
2.
Meningkatkan akses pada koleksi
3.
Menyisihkan tempat untuk materi baru
Darwanto
(2012) berpendapat bahwa ada beberapa faktor pendorong diadakan kegiatan weeding
di perpustakaan.
1. Bahan pustaka telah rusak berat, dan
tidak mungkin diperbaiki lagi, atau karena ada sebagian halaman/isi yang tidak
lengkap, lepas atau hilang.
2. Informasi yang dikandungnya dianggap
sudah usang karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan informasi.
3. Pengguna sudah tidak membutuhkan
subjek yang bersangkutan.
4. Telah ada edisi terbaru yang isinya
lebih lengkap dan sesuai zaman (up to date) untuk judul buku yang sama.
Namun bila ada teori penting dalam edisi lama yang masih sahih dan tidak
dicakup lagi pada edisi yang baru, maka koleksi tersebut tidak perlu disiangi.
5. Diperlukan oleh perpustakaan lain
karena subjek isinya sangat cocok.
6. Secara politis dan religis
bertentangan dengan kebijakan pemerintah dan citra adat serta agama yang dianut
rakyat, dalam hal ini biasanya hasil penyiangan tidak dibuang, namun disimpan
di tempat terpisah dan hanya untuk kegiatan penelitian.
7. Jumlah eksemplarnya lebih dari yang
ditetapkan/disepakati.
C. PENYIANGAN
BERDASARKAN JENIS PERPUSTAKAAN
1. Perpustakaan
Umum
Perpustakaan umum harus menyediakan
koleksi yang diminati oleh penggunanya yang sangat beragam. Di perpustakaan
umum, permintaan pengguna merupakan salah satu factor yang penting yang
mempengaruhi keputusan dalam seleksi dan penyiangan. Oleh karena itu, bahan
pustaka yang tidak diminati lagi pengguna akan menjadi calon yang akan
disisihkan ke gudang atau bahkan dikeluarkan dari perpustakaan. Biasanya
perpustakaan umum di kota-kota besar yang menyimpan bahan pustaka untuk
kebutuhan pengguna berkaitan dengan penelitian sehingga ada bahan pustaka yang
disimpan agak lama diperpustakaan.
2. Perpustakaan
Khusus
Perpustakaan khusus biasanya lebih
sering melakukan penyiangan karena koleksinya yang sangat spesifik dan biasanya
hanya memiliki ruangan yang terbatas. Koleksi perpustaan khusus biasanya banyak
berkaitan dengan materi teknis, banyak jurnal, dan materi lain yang cepat usang terutama bagi
pengguna lokal perpustakaan tersebut. Perhatian utama dari perpustakaan khusus
adalah memenuhi kebutuhan mutakhir dari pengguna utamanya yaitu staf dan
pimpinan dari badan induknya.
3. Perpustakaan
Perguruan Tinggi
Para staff di pengembangan koleksi
perpustakaan jenis ini jarang melihat permintaan dari pengguna terutama dari
mahasiswa, sebagai ukuran yang sah dari pemilihan sebuah materi yang pantas masuk ke koleksi. Mereka
lebih prioritas kepada materi yang nilai ilmiahnya tinggi dan berlaku jangka
panjang. Namun tetap harus di lakukan penyiangan agar koleksi yang dibutuhkan
pengguna dapat diakses dengan mudah dan cepat tanpa dikacaukan oleh koleksi
yang tidak terpakai.
4. Perpustakaan
sekolah
Perpustakaan sekolah di Indonesia banyak
yang koleksinya dipenuhi dengan buku-buku wajib yang erat kaitanya dengan
kurikulum. Seringnya perubahan kurikulum, buku wajib pun sering berubah-ubah,
oleh karena itu pustakawan secara continue perlu melakukan penyiangan.
D.
HAMBATAN DALAM MELAKUKAN PENYIANGAN
Hambatan utama dari penyiangan adalah masalah
psikologis, karena dari kecil kita sudah diajarkan untuk menghormati buku dan
majalah karena informasi yang ada di dalamnya itu sangat berharga.
Alasan untuk tidak melakukan penyiangan :
1.
Tidak punya waktu
2.
Penundaan pelaksanaan
3.
Takut melakukan kesalahan
4.
Takut disebut orang yang suka “mengilokan buku “.
E. KRITERIA
PENYIANGAN
Untuk melaksanakan penyiangan perlu
mempertimbangkan tujuan dan aktivitas perpustakaan, ketersediaan dana untuk
membeli bahan pustaka baru, keterkaitan dari satu buku dengan buku yang lain
pada subjek yang sama, sampai di manakah tanggung jawab perpustakaan sebagai
unit kearsipan dari sumber daya pengetauan, dan potensi kegunaan dari sebuah
bahan pustaka di masa yang akan datang.
Kriteria
penyiangan sebagai berikut :
1. Sebaiknya
perpustakaan memiliki peraturan tertulis tentang penyiangan.
2. Hendaknya
perpustakaan meminta bantuan dari para spesialis subjek dari bahan pustaka yang
akan disiangi, untuk bersama-sama menentukan apa yang diperlu dikeluarkan dari
koleksi perpustakaan.
3. Kriteria
umum penyiangan koleksi adala berikut ini :
a. Subjek
tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pengguna perpustakaan.
b. Bahan
pustaka yang sudah using isinya.
c. Edisi
terbaru sudah ada sehingga yang lama dapat dikeluarkan dari koleksi.
d. Bahan
pustaka yang sudah terlalu rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi.
e. Bahan
pustaka yang isinya tidak lengkap lagi dan tidak dapat diusahakan gantinya.
f. Bahan
pustaka yang jumlah duplikanya banyak, tetapi frekuensi pemakaiannya rendah.
g. Bahan
pustaka terlarang.
h. Hadiah
yang diperoleh tanpa diminta, dan memang tidak sesuai dengan kebutuhan
pengguna.
i. Bahan
pustaka yang tidak digunakan lagi, dan tidak dibutuhkan.
Jika sebuah buku merupakan duplikat
dari buku lain ataupun buku itu dalam keadaan rusak, bukan berarti bahwa buku
itu harus dibuang. Buku itu harus dilihat riwayat pemanfaatannya, sebagai salah
satu faktor pertimbangan yang penting. Untuk melihat riwayat pemakaiannya, slip
tanggal kembali merupakan salah satu sarana yang bisa membantu.
Tiga kategori untuk kriteria
penyiangan, yaitu kondisi fisik , nilai
kualitatif, dan nilai kuantitatif. Untuk kalangan peneliti, kondisi fisik
bahan pustaka bukan kriteria yang efektif untuk menentukan penyiangan terhadap
buku tersebut. Sementara itu, nilai kualitatif yang digunakan sebagai kriteria
penyiangan merupakan hal yang subjektif. Masing-masing individu mempunyai
penilaian yang sangat beragam, sulit untuk memnentukan standar nilai. Kriteria
berdasarkan nilai kuantitatif lebih memberikan pertimbangan yang objektif.
Menggunakan nilai kuantitatif untuk kriteria penyiangan merupakan salah satu
cara yang lebi efektif dibandingkan dengan cara-cara yang lain. Dalam
melaksanakan penyiangan, pustakawan tentu saja harus mengingat kepentingan
pengguna. Jangan sampai penyiangan yang dilakukan oleh pustakawan menghasilkan
kerugian pada kebutuhan pengguna akan informasi.
F. KRITERIA
UNTUK MENYINGKIRKAN KOLEKSI KE GUDANG
Kriteria yang digunakan pada proses
penyiangan yang mengeluarkan langsung bahan pustaka tidak bisa diterapkan pada
proses penyiangan yang menyingkirkan bahan pustaka tertentu ke gudang. Dalam
proses menggudangkan bahan pustaka tidak terpakai perlu dipertimbangkan
bagaimana menyimpan hasil penyiangan secara efektif agar gudang bisa menampung
sebanyak mungkin bahan pustaka, namun tetap dapat ditemukan kembali bila sebuah
buku diperlukan lagi suatu waktu di kemudian hari.
Beberapa faktor yang menjadi bahan
pertimbangan untuk menggudangkan buku.
1. Kajian
terhadap keadaan buku di rak.
2. Nilai
sebuah judul buku dalam subjek yang dibahas buku itu.
3. Nilai
historis yang dikandung oleh isi buku itu untuk bidang ilmu yang dibahasnya.
4. Keberadaan
edisi lain dari buku itu.
5. Keberadaan
buku lain dari subjek yang sama.
6. Tingkat
pemanfaatan buku itu.
7. Kondisi
fisik buku itu.
8. Banyaknya
buku yang digunakan maksimal berimbang dengan pertambahan buku, sebaiknya lebih
kecil dari pertambahan buku setiap tahunnya.
Faktor-faktor pemilihan di atas
tergantung pada penilaian subjektif dari individu pustakawan dan beberapa
faktor mensyaratkan pengetahuan akan subjek dari buku-buku yang digudangkan.
Pustakawan yang sudah berpengalaman mengidentifikasi tiga alternative praktis
untuk memilih buku yang digudangkan, yaitu berikut ini.
1. Penilaian
dari satu atau lebih pakar dari bidang ilmu yang sama dengan subjek buku yang
dinilai.
2. Penilaian
terhadap pemanfaatan buku itu oleh pengguna dan atau karakteristik tujuan dari
buku itu.
3. Kombinasi
dari kedua pendekatan di atas.
Banyak
pustakawan menyimpulkan bahan sistem yang objektif lebih akurat daripada
penilaian yang subjektif.
G.
METODE PENYIANGAN
1.
Penyiangan
subjektif merupakan metode yang melibatkan serangkaian aturan, prinsip, atau panduan yang
membutuhkan penilaian subjektif pada bagian dari weeder. Metode ini adalah bentuk penyiangan yang paling umum ditemukan di
perpustakaan saat ini.
2.
Berdasarkan
usia merupakan metode dengan mengeluarkan buku-buku dari rak sesuai dengan tanggal penerbitan, hak cipta,
atau akuisisi. Data usia seperti itu sering digunakan untuk membantu
pengambilan keputusan ketika melakukan penyisihan subyektif.
3.
Berdasarkan
kurikulum merupakan metode yang
digunakan oleh perpustakaan di lembaga pendidikan atau tempat lain yang
menawarkan pekerjaan kursus formal, melibatkan pengetahuan tentang program apa
yang tidak lagi ditawarkan dan tidak mungkin ditawarkan di masa depan.
4.
Berdasarkan
waktu merupakan metode yang digunakan secara intuitif bersama dengan kriteria
subjektif.
5.
Berdasarkan
pendekatan matematis merupakan metode yang menggunakan beberapa rumus atau model kompleks dalam penggunaan informasi.
6.
Pendekatan
gabungan merupakan penggunaan periode rak-waktu dan tanggal cetak, atau kombinasi
kriteria lainnya, telah diselidiki dan digunakan dalam penyiangan.
H. PROSEDUR
PENYIANGAN
1. Pustakawan
mengadakan pemilihan bahan pustaka yang perlu dikeluarkan dari koleksi
berdasarkan pedoman penyiangan.
2. Pustakawan
perlu mendata calon buku-buku yang akan disiangi, dalam tiga tahun terkahir
buku-buku itu dipinjam berapa kali dalam satu tahun, dan kapan terakhir kali
buku itu dipinjam oleh pengguna.
3. Apabila
memungkinkan, sertakan juga data pemanfaatan buku itu di ruang baca.
4. Untuk
mempercepat proses penyiangan bisa saja pustakawan membuat daftar dari bahan
pustaka yang mungkin sudah waktunya dikeluarkan dari koleksi.
5. Buku
yang dikeluarkan dari koleksi, kartu bukunya dikeluarkan dari kantong buku yang
bersangkutan.
6. Buku-buku
tersebut dicap “Dikeluarkan dari Koleksi Perpustakaan” sebagai bukti bahwa
bahan pustaka itu sudah bukan milik perpustakaan lagi.
7. Apabila
bahan tersebut masih dapat dipakai orang lain maka dapat disisihkan untuk bahan
penukaran atau dihadiahkan.
8. Apabila
pustakawan merasa ragu bahwa buku yang dikeluarkan dari koleksi itu mungkin
masih dicari pengguna sekali-kali maka buku-buku seperti itu bisa disusun di
gudang dahulu. Agar masih bisa dicari kembali dengan mudah, susun pula
kartu-kartu katalognya dan tempatkan di dekat susunan buku-buku itu.
9. Apabila
dalam beberapa tahun buku itu tidak ada yang membutuhkan lagi maka buku itu
dapat dikeluarkan dari gedung perpustakaan.
10. Bahan
pustaka yang akan dikeluarkan dari perpustakaan harus dibuatkan berita acara,
dan beberapa prosedur administrasi lainnya dengan memperhatikan peraturan yang
berlaku tentang penghapusan barang milik negara, terutama untuk perpustakaan
yang bernaung di bawah badan pemerintah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengguna yang dilayani perpustakaan
akan berubah kebutuhannya dari waktu kewaktu. Sebagai contoh perguruan tinggi
mungkin berubah kurikulumnya, ataupun dengan adanya kemajuan-kemajuan dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi, maka sebagian materi bahan pustaka menjadi
usang isinya.
Untuk menjaga agar koleksi perpustakaan dapat dimanfaatkan dengan baik, maka
koleksi tersebut perlu ditambah dan ada koleksi yang harus di siangi. Setiap
jenis perpustakaan mempunyai tujuan dan pengguna yang berbeda , oleh karena itu
masing-masing jenis perpustakaan mempunyai cara yang berbeda terhadap masalah
penyiangan.
Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami meminta kritik dan saran yang
bersifat membangun, untuk memperbaiki makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Yulia,yuyu.2009.Materi
Pokok Pengembangan Koleksi.Jakarta:Universitas Terbuka
Slote,Stanley J.
1997. Weeding library Collections :
library weeding methods. United States : Libraries unlimited.
Rahayu, Astuti dan
Elva Rahmah.2013. “Kegiatan Penyiangan Bahan Pustaka (Weeding) Di Perpustakaan Universitas Negeri Padang”. Jurnal Ilmu
Informasi Perpustakaan dan Kearsipan. Vol. 2, No. 1. Hlm. 13
0 Response to "Penyiangan Bahan Koleksi"
Post a Comment