2.1. Filologi di Kawasan India
Bangsa
Asia, sebenarnya sudah memilikki peradaban yang maju beberapa abad sebelum
masehi sejak mengenal huruf, bangsa Asia menulis sebagian besar kebudayaan
dalam bentuk naskah yang banyak memberi informasi mengenai kehidupan mereka di
masa lampau (Woltres melalui Baried, 1994:38).
Studi
filologi terhadap naskah telah berhasil membuka khazanah kebudayaan Asia serta
menyajikan isi naskah tersebut untuk kepentingan studi humaniora di Asia.
Bangsa Asia yang memiliki dokumen peninggalan masa lampau dan telah membuka
kebudayan adalah bangsa India yang telah terungkap dengan berbagai peniliitian
terhadap dokumen berupa tulisan seperti prasasti dan naskah.
2.1.1. Interaksi
bangsa India dan bangsa Yunani
Penelitian
yang dilakukan terhadap bangsa India menunjukkan adanya kontak secara langsung
antara bangsa India dan bangsa Yunani pada zaman Raja Iskandar Zulkarnain yang mengadakan
perjalanan sampai ke bangsa India pada abad ke-3S.M. Kontak tersebut terlihat dalam bentuk patung dan
nilai-nilai ilmu pengetahuan yang menunjukkkan adanya perpaduan dengan kebudayaan Yunani. Perpaduan antara kebudayaan
Yunani, Hindu,Budha dan Jana dinamakan kebudayaan Gandhara pada zaman Raja
Kaniska Kusana tahun ke-78 sampai 100. Filsafat Yunani telah mempengaruhi sistem
filsafat India Nyana dan Waisesika; Doktrin Aristoteles mempengaruhi silogisme
India, dan teori atom Empedocles berpengaruh pada hukum atom India.
2.1.2.
Interaksi
bangsa India dan bangsa Cina
Abad ke-1 terjadi kontak langsung
antara bangsa India dengan bangsa Cina mengadakan perjalanan dakwah ke Cina dan
sebaliknya, beberapa musafir Cina mengadakan perjalanan ziarah ke tempat suci
agama Budha di India. Ada 3 orang yang dicatat dalam sejarah India, yaitu Fa-hian
tahun 399, Hieun-tsing tahun 630-465 dan
I-tsing tahun 671-695. Mereka telah menerjemahkan naskah India dalam bahasa
Cina bahkan ada ringkasan delapan bab ilmu kedokteran India dalam bahasa Cina.
2.1.3.
Interaksi
bangsa India dan bangsa Persi
Kontak bangsa India dengan bangsa Persi
terjadi pada abad-abad lebih awal dari kontaknya dengan bangsa lain karena letak
dua negara besar dan berperadaban kuna yang tinggi berdekatan. Dokumen sastra
merupakan data adanya kontak langsung masuknya karya sastra India Pancatantra
dalam kesastraan Persi. Pancatantra digubah abad ke-3 di India oleh Waisynawa
atas perintah Kaisar Anusyirwan dari dinasti Sasaniah tahun 531-579 di Persi
diterjemahkan dalam bahasa Persi dan berkali-kali disalin dalam bahasa Persi
Tengahan dan Baru. Abdullah Ibn Muqaffa versi Pancatantra bahasa Persi
diterjemahkan dalam bahasa Arab dikenal Kalilawa Dimna. Karsya sastra India
dalam bahasa Persi misalnya Sukasapti dalam versi Sukasapti dikenal Tutinameh.
Kontak langsung bangsa India dengan bangsa Persi berdasarkan telaah filologi
terjadi paling awal pada abad ke-6 di mana abad disalinnya Pancatantra ke dalam
bahasa Persi. Alberuni seorang musafir Arab Persi mengunjungi India pada tahun 1030 dan menulis
beberapa aspek kebudayaan India seperti filsafat, kesastraan tata bahasa dan ilmu kedokteran.
2.2. Telaah filologi terhadap naskah di kawasan India
Abad ke-18 Bangsa Inggris mulai kegiatan di India
dengan menyusun kitab hukum berdasar hukum yang ditulis dalam naskah-naskah
lama bangsa India. Tulisanya di terbitkan tahun 1776 di London. Di Bengal tahun
1785, para orientalis inggris (Sir Charles Wilkins, Sir William Jones, dan Henry
Thomas Colebrooke) yang bekerja di India mendirikan kegiatan filologi The
Asiatic Society.
Aspek kebudayaan baru ditelaah semenjak kedatangan
bangsa Barat, ditemukannya jalan laut ke India, oleh Vasco da Gama tahun 1498.
Bahasa Bangali dan Gujarati telah diketahui sebelum abad ke-19, baru awal abad
ke-19 mengetahui bahasa Sansekerta dan akhir abad ke-19 ditemukan kitab Weda. Weda
yaitu naskah tertua di India ditulis mulai awal abad ke-6 S.M. yang merupakkan
kitab suci agama Hindu yang di dalamnya terkandung 4 bagian yaitu Regweda,
Samaweda, Yajurweda, dan Antarweda. Isi kitab weda yaitu kepercayaan terhadap
dewa, ritual penyembahan terhadap dewa, mantra-mantra yang mengiringi upacara
terhadap dewa dan ilmu sihir. Selain kitab weda disusun naskah lain seperti
kitab Brahmana yang berisi cerita para dewa. Kitab Aranyaka yang berisi
petunjuk bagi petapa yang menjalani hidup dalam hutan. Kitab Upanisad yang
berisi masalah filsafat yang memikirkan rahasia dunia. Selain naskah dengan
nilai agama dan filsafat ada juga naskah yang berisi wiracerita, misalnya
Mahabarata dan Ramayana;karya Kawya seperti Harsacarita gubahan penyair Bana,
Buddhacarita gubahan Aswagosa, cerita binatang atau fabel seperti Pancatantra,
Sukasaptati, Hitopadesa, dll. Ada juga karya yang berisi ilmu pengetahuan
seperti ilmu kedokteran, tata bahasa, hukum, dan politik.
Hasil kajian filologi dipublikasikan oleh Abraham
Ronger tahun 1651. Awal abad ke-19 Alexander Hamilton dan Friedrich Schlegel
adalah ahli yang memajukan studi naskah Sansekerta di Eropa. Pertengahan abad
ke-19 dilakukan telaah terhadap karya sastra klasik India tetapi telaah
terhadap kesastraan Buddha belum banyak dikerjakan.
Telaah filologi yang sebenarnya terhadap sastra Weda
baru dilakukan oleh F. Rosen tahun 1838
dan hasil yang diterbitkan berupa 8 bagian pertama dari kitab Regweda. Abad
ke-19 dari segi materi, perkembangan filologi di India dipandang lengkap.
Albrecht Weber tahun 1852 menyusunn daftar 500 buah, awal abad ke-20 daftar
tersebut meliputi beribu-ribu naskah yang tersimpan diberbagai pusat studi
kebudayaan dan kesastraan India, baik India maupun Eropa.
0 Response to "Filologi di Kawasan India"
Post a Comment