AQIDAH
Sesungguhnya
asas pertama kali yang tegak di atasnya masyarakat Islam adalah aqidah, itulah
aqidah Islam. Maka tugas masyarakat yang pertama adalah memelihara aqidah,
menjaga dan memperkuat serta memancarkan sinarnya ke seluruh penjuru dunia.
Aqidah
Islam ada pada keimanan kita kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
rasul-Nya, dan hari kemudian, sebagaimana firman Allah SWT:
"Rasul
telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, demikian
pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan:)"Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya, " dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan
kami taat," (Mereka berdo'a:) "Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan
kepada Engkaulah tempat kembali." (Al Baqarah: 285)
Aqidah
Islam itu membangun bukan merusak, mempersatukan bukan memecah belah, karena
aqidah ini tegak di atas warisan ilahiyah seluruhnya. Dan di atas keimanan
kepada para utusan Allah seluruhnya "Laa Nufarriqu Baina Ahadin Min
Rusulihi."
Aqidah
tersebut diringkas dan dimampatkan dalam syahadatain (dua kalimat
syahadat) yaitu: "Syahaadatu an laa ilaaha illallaah wa anna Muhammadan
Rasuulullaah." Aqidah inilah yang mempengaruhi pandangan kaum Muslimin
terhadap alam semesta dan penciptannya, terhadap alam metafisika, kehidupan ini
dan kehidupan setelahnya, terhadap alam yang terlihat dan yang tidak terlihat,
terhadap makhluq dan khaliq, dunia dan akhirat, dan terhadap alam yang nampak
dan alam gaib (yang tidak kelihatan).
Alam
ini dengan bumi dan langitnya, benda-benda mati dan tumbuh-tumbuhannya, hewan
dan manusianya, jin dan malaikatnya ..., kesemuanya tidak diciptakan tanpa
makna, dan tidak diciptakan dengan sendirinya. Harus ada yang menciptakan,
yakni Dia yang Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Mulia dan Maha Bijaksana. Dia
yang telah menciptakan alam ini dengan sempurna, dan telah menentukan segala
sesuatu di dalamnya dengan ketentuan yang pasti. Maka setiap benda yang
terkecil sekali pun itu ada standarnya, dan setiap gerakan pasti ada ukuran dan
perhitungannya. Pencipta itu adalah Allah SWT yang setiap kata, bahkan setiap
huruf dalam alam ini membuktikan atas kehendak, kekuasaan, ilmu dan
kebijaksanaan-Nya. Allah SWT berfirman:
"Langit
yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak
ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun." (Al Isra': 44)
Pencipta
Yang Maha Agung itulah Rabbnya langit dan bumi, Rabbnya alam semesta dan
Rabbnya segala sesuatu, Dia Satu dan Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam
dzat, sifat atau perbuatan-Nya. Hanya Dialah yang qadim dan azali,
hanya Dialah yang tegak selama-lamanya, hanya Dialah yang menciptakan, yang
menyempurnakan dan yang memberi rupa (bentuk). Hanya Dialah yang memiliki asmaul
husna dan sifaatul 'ula, tidak ada sekutu dan tidak ada perlawanan
bagi-Nya, tidak ada anak dan tidak ada bapak bagi-Nya, tidak ada yang mirip
atau yang menyamai-Nya. Allah swt berfirman:
"Katakanlah:
"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada diperanakkan, dan tidak
ada seorang pun yang setara dengan Dia." (Al Ikhlas: 1-4)
"Dia-lah
yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu." (Al Hadid: 3)
"Tak
ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia (Allah), dan Dia-lah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat." (Asy-Syura: 11)
Segala
sesuatu yang ada di jagad raya ini, baik yang atas dan yang bawah, yang diam
dan yang bisa berbicara membuktikan adanya akal yang satu, Dia-lah yang
mengatur segalanya. Membuktikan pula adanya tangan yang satu, Dialah yang
mengatur penjuru alam dan mengarahkannya. Jika tidak demikian, maka akan
rusaklah alam semesta ini, lepas kendalinya, goncang standarnya dan runtuh
bangunannya sebagai akibat dari banyaknya akal yang mengatur dan banyaknya
tangan yang menggerakkan. Maha Benar Allah dengan firman-Nya:
"Sekiranya
ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah
rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang
mereka sifatkan." (Al Anbiya': 22)
"Allah
sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain)
beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa
makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan
sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan."
(Al Mukminun: 91)
"Katakanlah:
"Jika ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan,
niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai 'Arsy. Maha
Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang
sebesar-besarnya." (Al Isra': 42-43)
Suatu
hakikat yang tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya seluruh makhluq yang ada
di langit dan yang di bumi semuanya kepunyaan Allah, dan segala sesuatu yang
ada di langit dan di bumi semuanya milik Allah. Maka tidak ada seorang pun atau
sesuatu pun dari yang berakal maupun yang tidak berakal menyamai Allah dan
tidak pula Dia mempunyai putra. Sebagaimana yang dikatakan oleh penyembah
berhala dan yang serupa dengan mereka, Al-Quran menggambarkan sebagai berikut:
"Mereka
(orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak." Maha Suci Allah,
bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk
kepada-Nya. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk
menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya.
"Jadilah!" Lalu jadilah ia." (Al Baqarah: 116-11)
Barangsiapa
yang tersesat dari hakikat ini di dunia maka niscaya akan terungkap di akhirat
kelak, dia akan melihat kenyataan itu seakan telanjang. Jelas dan terang
seperti terangnya matahari di waktu dhuha. Allah swt berfirman:
"Tidak
ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang
Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah
mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka
akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri."
(Maryam: 93-95)
Maka
tidak heran (bukan suatu hal yang aneh) setelah itu semua, jika Allah Sang
Pencipta Yang Agung, Tuhan yang Maha Tinggi, hanya Dialah yang berhak disembah
dan ditaati secara mutlak. Dengan lain perkataan, "Dia berhak sangat
dipatuhi dan sangat dicintai, dan makna yang terkandung dalam ketundukan dan cinta
yang sangat, itulah yang kita namakan "Ibadah"
Inilah
makna "Laa ilaaha illallaah," artinya tidak ada yang berhak
untuk disembah selain Allah atau tidak sesuatu pun berhak untuk menerima
ketundukan dan cinta selain Allah. Hanya Dia-lah yang pantas untuk tunduk semua
makhluk terhadap perintah-Nya, sujud di hadapan-Nya dan bertasbih dengan
memuji-Nya serta mau menerima hukum-Nya.
Hanya
Dia yang pantas untuk dicintai dengan segala makna cinta, Dia-lah yang mutlak
kesempurnaan-Nya dan sesuatu yang sempurna itu pantas untuk dicintai. Dia-lah
sumber segala keindahan, dan segala keindahan yang ada dalam kehidupan ini
diambil dari pada-Nya, dan keindahan itu wajar kalau dicintai dan dicintai pula
pemiliknya. Dia-lah yang memberi seluruh kenikmatan dan sumber segala kebaikan.
Allah SWT berfirman:
"Dan
apa saya nikmat yang ada padamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu
ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta
pertolongan." (An-Nahl: 53)
Oleh
karena itu kebaikan akan selamanya disenangi dan nikmat akan selamanya dicintai
dan dicintai pula pemiliknya.
Makna
"Laa ilaaha illallaah" adalah membuang ketundukan dan penghambaan
kepada kekuasaan selain kekuasaan Allah dan hukum selain hukum-Nya dan perintah
selain perintah-Nya. Ia juga berarti menolak segala bentuk loyalitas selain
loyalitas kepada-Nya dan menolak segala bentuk cinta selain cinta kepada-Nya
dan cinta karena-Nya.
0 Response to "Pentingnya Memelihara Aqidah agama Islam"
Post a Comment