PROYEKSI EROPA DAN AMERIKA
Gambar
proyeksi Eropa dan Amerika merupakan bagian dari gambar proyeksi orthogonal.
Proyeksi Eropa disebut juga proyeksi kwadran pertama atau proyeksi sudut
pertama. Cara menggambar dengan proyeksi Eropa disebut juga cara “ E “, karena
banyak digunakan di negara-negara Eropa seperti Jerman, Swiss, Perancis, Rusia
dan sebagainya.
Sedangkan
istilah lain untuk proyeksi Amerika adalah proyeksi kwadran ketiga atau
proyeksi sudut ketiga atau cara “ A “, karena
dipakai oleh Amerika. Negara lain yang menggunakan cara “ A “ adalah Jepang,
Kanada , Australia , dan sebagainya.
Bidang-bidang
proyeksi yang paling banyak dipergunakan adalah bidang horizontal dan bidang
vertikal, seperti tampak pada Gambar 47. Bidang-bidang utama ini membagi
seluruh ruang dalam empat kwadran. Bagian ruang diatas bidang horizontal dan di
depan bidang vertikal disebut kwadran pertama. Bagian ruang diatas bidang
horizontal dan di belakang bidang vertikal disebut kwadran kedua. Kwadran
ketiga adalah bagian ruang yang terletak di bawah bidang horizontal dan di depan
bidang vertikal, dan kwadran keempat adalah bagian ruang yang terletak di bawah
bidang horizontal dan di belakang bidang vertikal.
Jika benda
yang akan digambar diletakkan di kwadran pertama, dan diproyeksikan pada
bidang-bidang proyeksi, maka cara proyeksi ini disebut “Proyeksi kwadran
pertama“ atau “Cara proyeksi sudut pertama.” Jika bendanya diletakkan pada
kwadran ketiga, maka proyeksi demikian disebut “Proyeksi kwadran ketiga.”
Sebenarnya masih ada cara proyeksi lain yaitu “Proyeksi kwadran kedua” dan
“Proyeksi kwadran keempat,” yang tidak dipakai dalam praktek.
Gambar-gambar
pandangan pada umumnya digambar menurut cara proyeksi sudut pertama dan sudut
ketiga.
1.
Cara
Proyeksi Sudut Pertama
Benda yang
tampak pada Gambar 2(a) diletakkan di depan bidang-bidang proyeksi seperti pada
Gambar 2(b). Ia diproyeksikan pada bidang belakang menurut garis penglihatan A,
dan gambarnya adalah gambar pandangan depan. Tiap garis atau tepi benda
tergambar sebagai titik atau garis pada bidang proyeksi. Pada Gambar 2(b)
tampak juga proyeksi benda pada bidang bawah menurut arah B, menurut arah C
pada bidang proyeksi sebelah kanan, menurut arah D pada bidang proyeksi sebelah
kiri, menurut arah E pada bidang proyeksi atas, dan menurut arah F pada bidang
depan.
Jika
proyeksi-proyeksi, seperti pada Gambar 2(b) telah dibuat semuanya, hasilnya
kurang berguna, karena bidang-bidang proyeksinya disusun dalam tiga dimensi.
Oleh karena itu mereka harus disatukan dalam satu helai kertas gambar dua
dimensi.
Bidang-bidang
proyeksi dimisalkan merupakan sebuah peti seperti Gambar 2(b). Sisi-sisi peti
kemudian dibuka menurut Gambar 2(c) sehingga semua sisi terletak pada bidang
vertikal.
Susunan gambar proyeksi harus demikian
sehingga dengan pandangan depan A sebagai patokan, pandangan atas B terletak di
bawah, pandangan kiri C terletak di kanan, pandangan kanan D terletak di kiri,
pandangan bawah E terletak di atas, dan pandangan belakang F boleh ditempatkan
disebelah kiri atau kanan. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2(d).
Dalam gambar, garis-garis tepi, yaitu
garis-garis batas antara bidang-bidang proyeksi dan garis-garis proyeksi tidak
digambar.
2.
Cara
Proyeksi Sudut Ketiga
Benda yang akan
digambar diletakkan dalam peti dengan sisi-sisi tembus pandang sebagai
bidang-bidang proyeksi, seperti pada Gambar 3(a). Pada tiap-tiap bidang
proyeksi akan tampak gambar pandangan dari benda menurut arah penglihatan, yang
ditentukan oleh anak panah.
Pandangan depan dalam
arah A dipilih sebagai pandangan depan. Pandangan-pandangan yang lain
diproyeksikan pada bidang-bidang proyeksi lainnya menurut Gambar 3(a). Sisi-sisi peti dibuka menjadi
satu bidang proyeksi depan menurut anak panah menurut Gambar 3(b). Hasil
lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3(c). Dengan pandangan depan A sebagai
patokan, pandangan atas B diletakkan diatas, pandangan C dikiri, pandangan
kanan D diletakkan di kanan, pandangan bawah E diletakkan di bawah, dan
pandangan belakang dapat diletakkan di kiri atau kanan.
3.
Cara
dengan Menggunakan Tanda Panah
Hampir semua gambar dibuat menurut cara
proyeksi sudut pertama atau ketiga. Tetapi di mana perlu dapat dipakai cara
lain, yaitu dengan menggunakan anak panah.
Tiap gambar, kecuali
pandangan pokok depan, diberi tanda oleh huruf besar, yang terdapat juga pada
anak panah yang diperlukan untuk menentukan arah penglihatan. Gambar
pandangannya dapat diletakkan tidak menurut cara-cara yang telah dibahas
sebelumnya. Ingat bahwa cara proyeksi orthogonal masih tetap dipakai, hanya
penempatannya saja yang berbeda. Untuk jelasnya lihat Gambar 4.
Huruf-huruf penunjuk pandangan lebih baik
ditempatkan diatas gambar bersangkutan. Huruf-huruf pada anak panah diletakkan
dekat anak panah, dan ditulis tegak lurus.
4.
Pengenalan
Cara-Cara Proyeksi dan Lambangnya
Dalam standar ISO (ISO/DIS 128) telah ditetapkan bahwa kedua cara
proyeksi boleh dipergunakan. Untuk keseragaman, semua gambar dalam standar ISO
digambar menurut proyeksi sudut pertama.
Jika
pada gambar telah ditentukan cara proyeksi yang dipakai, maka cara yang dipakai
harus dijelaskan pada gambar. Penjelasan tersebut menurut ISO berupa sebuah
lambang, seperti pada Gambar 5. Lambang ini diletakkan di bagian kanan bawah
kertas gambar.
5.
Perbandingan
antara Proyeksi Sudut Pertama dan Proyeksi Sudut Ketiga
Telah dijelaskan diatas, bahwa kedua
cara proyeksi tersebut dapat sama-sama dipakai, sesuai dengan standar ISO. Negara
Amerika Serikat dan Jepang telah menentukan untuk memakai proyeksi sudut ketiga
saja. Hal ini didasarkan atas kelebihan dari cara ini diatas cara proyeksi
sudut pertama dengan alasan :
(1)
Dari gambarnya, bentuk benda dapat langsung
dibayangkan. Dengan pandangan depan sebagai patokan, gambar pandangan lain
dilipat menurut Gambar 6 dan bendanya akan muncul seperti aslinya.
(2)
Gambarnya mudah dibaca, karena hubungan antara
gambar yang satu dengan yang lain dekat. Tidak saja mudah dibaca, tetapi jarang
terjadi salah pengertian. Teristimewa sekali pada benda-benda yang panjang,
susunan pandangan depan
dan pandangan samping mudah sekali dibaca. Gambar 7 menunjukkan
perbedaan antara kedua cara proyeksi.
(3) Pandangan yang berhubungan diletakkan
berdekatan. Oleh karena itu mudah untuk membaca ukuran-ukurannya. Salah
pembacaan dari ukuran tidak mungkin terjadi. Bagi pelaksana, jadi lebih
sederhana.
(4)
Dengan
cara proyeksi sudut ketiga mudah untuk membuat pandangan tambahan atau
pandangan setempat. Benda pada Gambar 8(a) digambar dengan pandangan
tambahannya menurut proyeksi sudut ketiga Gambar 8(b), dan menurut proyeksi
sudut pertama Gambar 8(c). Contoh gambar ini menunjukkan cara proyeksi mana
yang lebih unggul.
Karena alasan-alasan
diatas proyeksi sudut ketiga dapat dianggap yang lebih rasional, dan dipakai di
negara-negara pantai Laut Pasifik, seperti USA, Canada, Jepang, Korea,
Australia, dsb.
Perbedaan
proyeksi Eropa dan Amerika:
Proyeksi
Eropa: disebut cara ‘E’
a.
Benda
yang digambar terletak di kwadran pertama.
b.
Pandangan
depan sebagai patokan.
c.
Pandangan
kiri terletak di kanan.
d.
Pandangan
kanan terletak di kiri.
e.
Pandangan
bawah terletak di atas.
Proyeksi Amerika: disebut cara ‘A’
a.
Benda
terletak di kwadran ketiga.
b.
Pandangan
depan sebagai patokan.
c.
Pandangan
kiri terletak di kiri.
d.
Pandangan
kanan terletak di kanan.
e.
Pandangan
bawah terletak di bawah.
f.
Pandangan
atas terletak di atas.
Untuk memperkaya pemahasan admin bisa akses buku tentang gambar disini https://www.perpustakaan.yudharta.ac.id/katalog/index.php?p=show_detail&id=7200&keywords=
ReplyDeleteSalam dari kami https://agengambar.com/