Paradigma Pendidikan Tinggi

Ukuran perguruan tinggi saat ini tidak lagi hanya bertumpu pada pengajaran di kelas. Pengajaran merupakan salah satu komponen dari tiga komponen penting perguruan tinggi. Komponen lain adalah penelitian dan pengabdian masyarakat menyatu dan hendaknya saling terhubung. Pengajaran tanpa penelitian berarti mengajarkan sesuatu yang lama. Pengabdian tanpa berbasis pada penelitian maka bisa salah arah. Maka, penelitian menjadi tumpuan kedua komponen utama perguruan tinggi, yakni pengajaran dan pengabdian yang bertumpu pada penelitian.

Hasil gambar untuk paradigma pendidikan tinggi
Penelitian merupakan nafas ilmu pengetahuan baik itu pengetahuan dalam bidang eksakta maupun sosial. Tanpa penelitian, produksi ilmu pengetahuan akan berhenti dan perguruan tinggi tak ubahnya seperti sekolah menengah atau sekolah dasar. Maka penelitian harus mendapatkan prioritas demi kemajuan pengajaran dan pengabdian.

Banyak data menunjukkan bahwa pengajaran di perguruan tinggi sekedar transfer pengetahuan, namun pengetahuan tanpa pembaharuan. Pengetahuan lama yang hanya diolah dan tanpa disentuh dengan penelitian mutakhir. Dalam dekade terakhir ini, Indonesia sadar bahwa untuk mengikuti perkembangan dunia dan bersaing era global, penelitian tidak mungkin ditinggalkan. Indonesia menempati ranking 57 menurut website www.scimagojr.com yang merilis penelitian dan publikasi. Ranking itu dibawah tetangga kita Singapore, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Ini kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, namun sekaligus sebagai pemicu untuk maju.

Perguruan-perguruan tinggi Indonesia sangat rendah nilai ranking dunia dari segi penelitian dan publikasi. Rata-rata dibawah ranking 3000 dunia. Ini sangat menyedihkan. Dilihat dari angka perguruan tinggi yang terus tumbuh dari segi kuantitas, namun dari segi kualitas tidak diikuti dengan penelitian dan pengembangan sumber daya akademik yang baik. Maka, penelitian butuh perhatian. UI, ITB, UGM rata-rata dianggap unggul dalam penelitian dan publikasi, namun perguruan elit itu juga jauh di bawah negara-negara maju Asia lainnya, seperti Jepang, Korea, bahkan negara-negara Timur Tengah yang sedang berkonflik. Untuk perguruan tinggi di bawah PTKIN Kementrian Agama, dua UIN utama Jakarta dan Yogyakarta tetap menjadi favorit penelitian dengan didukung oleh tradisi akademik intelektual dan dana dari pemerintah melalui Kementrian Agama. Namun, sasaran penelitian dan bagaimana mengukur keberhasilan penelitian masih menjadi pertanyaan. Maka saat ini ukuran penelitian sudah samgat sederhana, yaitu publikasi. Jika penelitian yang benar akan keluar menjadi publikasi. Penelitian yang baik di samping selesai sebagai laporan juga harus menghasilkan publikasi berupa jurnal atau publikasi buku lainnya.

1. Penelitian dan Publikasi

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) mengadakan penelitian tiap tahunnya, dan para dosen sudah mendapatkan penelitian dan dibagi dengan berbagai klusternya terdiri dari penelitian internasional, nasional unggulan, madya, dan rintisan. Sejak pemerintah mengeluarkan aturan penelitian di perguruan tinggi mindset penelitian tidak serta merta berubah. Ada beberapa kesalahan mengukur penelitian.

a. Penelitian diukur dengan administrasi, yaitu penelitian dianggap sebagai kegiatan. Maka, ukuran keberhasilan diteliti dan ditinjau dari sisi administrasi keuangan dengan aturan-aturan yang membelenggu. Ini jelas malah menghambat penelitian itu sendiri. Penelitian tidak dilaksanakan secara baik, dan jauh dari harapan. Para peneliti yang mendapatkan dana akan sibuk menyiapkan laporan keuangan bukan penelitiannya itu sendiri.

b. Penelitian diukur langsung dan instan. Ini juga mengandung kelemahan. Penelitian yang baik adalah menjadi publikasi baik itu nasional maupun internasional. Untuk publikasi internasional membutuhkan waktu kurang lebih 3 atau 4 semester. Sementara publikasi nasional paling tidak 2 atau 1 semester. Maka, pengukuran, penelitian harus dengan waktu dan kesabaran. Penelitian tidak bisa diukur secara langsung. Namun pengukuran penelitian harus dengan standar publikasi dan itu bisa secara online dengan berbagai media.

2. Penelitian dan Jurnal

Satu-satunya dan yang paling mudah melakukan ukuran penelitian adalah standar publikasi jurnal. Saat ini jurnal sudah dengan mudah diakses melalui system yang disebut OJS (Open Jurnal System). Ini merupakan ukuran yang mudah. LPPM juga menganggarkan penelitian dan jurnal dengan berbagai skema.

a. Pembiayaan jurnal itu sendiri. Jurnal menjadi tanggungan kampus dengan skema cetak dan dianggap penelitian kelembagaan. Maka, jurnal menjadi prioritas tidak hanya setiap penelitian harus menjadi jurnal, tapi juga jurnal mendapat pembiayaan dari LPPM.

b. Hadiah bagi riset yang dipublikasi di jurnal. LPPM menganggarkan sejak 2017, bagi yang berhasil publikasi mendapatkan insentif, baik itu nasional maupun internasional. Ini program unggulan dan akan berlanjut.

c. Untuk 2018 LPPM akan menganggarkan research leader, atau cluser research leader, untuk memprogramkan co-author dengan lebih banyak lagi peneliti yang berhasil menembus jurnal internasional.

3.  Sinergi LPPM dan LPM

Lembaga Penjaminan Mutu bersinergi dengan LPPM untuk menjaga mutu penelitian para dosen dan mahasiswa. Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) mendorong dan mensosialisasikan standart mutu  penelitian dan pengabdian  masyarakat yang dilaksanakan oleh LPPM. Sinergi keduanya berjalan dengan baik. Penelitian dan pengabdian masyarakat merupakan nafas perguruan tinggi, semuanya bisa diukur dengan publikasi jurnal yang ada. Jurnal-jurnal mendapat perhatian ekstra dari kampus supaya kemajuan yang nyata bisa diraih tidak hanya ranking menurut webomertrics, tapi juga menurut penelitian yang sesungguhnya.

4. Proses Pembelajaran Berbasis Penelitian

Pembelajaran di Perguruan Tinggi berbeda dengan pembelajaran di Sekolah Menengah. Perguruan Tinggi lebih menekankan pada mahasiswa sebagai pusat pembelajaran (students centered learning). Sehingga, mahasiswa harus menyiapkan berbagai bahan dan materi keilmuan yang akan dibahas dalam proses pembelajaran di kelas. Tugas makalah misalnya, merupakan salah satu model proses pembelajaran ini.
Di sisi lain, proses pembelajaran di Perguruan Tinggi menuntut mahasiswa untuk membuat karya tulis ilmiah, baik untuk proses perkuliahan di kelas maupun sebagai tugas akhir

sumber : buku SosPem (Sosialisasi Pembelajaran)

0 Response to "Paradigma Pendidikan Tinggi"

Post a Comment

Popular Posts