Perkembangan Ijtihad


Perkembangan Ijtihad.

Ijtihad dalam sejarah dan perkembangannya, telah ada sejak zaman Rasulullah saw. Rasulullah saw. sendiri adalah mujtahid (ahli ijtihad) pertama. Ijtihadnya terbatas dalam masalah-masalah yang belum ditetapkan hukuknya oleh wahyu (Alquran). Apabila hasil ijtihad Rasulullah saw. itu benar, maka turun wahyu membenarkannya, dan jika ijtihad Rasulullah saw. itu salah, turun wahyu untuk meluruskan kesalah itu.contoh ijtihad Rasulullah saw. yang mendapat pembenaran wahyu adalah ijtihadnya tentang pembebasan tawanan perang *Badr. 

Hasil gambar untuk lahirnya mazhab

Ketika itu umat Islam memenangkan pertempuran dan banyak tentara musuh yang tertawan. Rasulullah saw. bertanya kepada sahabat-sahabatnya mengenai tawanan perang tersebut. *Umar bin Khatab menjawab: “Tawanan perang itu hendaknya dibunuh.” Sedangkan *Abu Bakar as-Siddiq menyatakan, agar tawanan itu dibebaskan dengan syarat membayar *fidyah (denda). Rasulullah saw. mengambil keputusan agar tawanan itu dibebaskan dengan membayar fidyah. 

Keputusan ini merupakan ijtihad Rasulullah saw. meskipun dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan sahabat-sahabatnya. Lalu turunlah surah al-anfal ayat 67-69 yang membenarkan ijtihad Rasulullah saw. adapun contoh ijtihad Rasulullah saw. yang salah ialah tentang keputusannya pemberian izin orang-orang munafik untuk tidak ikut dalam peperangan. Lalu turun surah at-Taubah ayat 43-45 yang menyatakan kekeliruan ijtihad Rasulullah saw.

Hasil gambar untuk lahirnya mazhab

Pada masa sahabat, ijtihad mulai banyak dipakai karena dengan wafatnya Rasulullah saw. wahyu dengan sendirinya tidak lagi diturunkan dan hadis juga tidak lagi bertambah. Sementara itu, masalah-masalah yang dihadapi umat Islam terus dan memerlukan ketentuan hukum. Pada masa Abu Bakar jika menghadapi persoalan dan tidak menemukan nashnya di dalam Alquran dan hadis, ia mengumpulkan para sahabat untuk bermusyawarah dan menentukan hukum dari masalah-masalah itu. Demikian pula pada masa Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Mereka menggunakan ijtihad terhadap masalah-masalah yang tidak didapati nasnya di dalam Alquran dan sunah Rasulullah saw. akan tetapi, diantara keempat sahabat besar itu, hanya Umar yang banyak diketahui memakai ijtihad. 

Walaupun demikian keempat sahabat itu sangat berhati-hati dalam mengeluarkan suatau pendapat yang merupakan hasil ijtihad. Abu Bakar apabila berijtihad dengan pendapatnya, selalu berkata: “Ini adalah pendapatku. Jika benar, itu dari Allah dan jika salah, itu dari saya. Saya memohon ampun atas kesalah itu.” Umar pernah mengatakan: “Ini pendapat Umar. Jika benar, itu dari Allah dan jika salah, itu dari Umar.” Selain dari keempat sahabat itu, adapula beberapa sahabat yang terkenal ijtihadnya, seperti Ibnu Mas’ud, Abu Musa al-Asyari, Mu’az bin Jabal, Ubay bin Ka’b dan *Zaid bin Sabit.

Hasil gambar untuk lahirnya mazhab

Sesudah masa sahabat, ijtihad semakin berkembang. Hal ini ditandai denga munculnya mujtahid besar, separti Abdullah bin Umar bin Khatab, Ibnu Syihad az-Zuhri, Abdullah bin Abbas, Alqamah bin Qais, Anas bin Malik, Umar bin Abdul Aziz, Abdullah bin Amr, dan Wahhab bin Munabbih. 
Ijtihad mengalami perkembangan yang paling pesat pada abad kedua sampai dengan abad keempat Hijriah. Masa itu dikenal dengan priode pembukuan sunah serta fikih dan munculnya mujtahid-mujtahid terkemuka yang kemudian dikenal sebagai Imam-imam mazhab, yaitu, Imam Hanafi (Imam Malik  (, , Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali). 

Setelah abad keempat Hijriah, perkembangan ijtihad mengalami kemunduran, bahkan muncul pendapat bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Hal ini disebabkan antara lain karena umat Islam merasa cukup dengan pendapat-pendapat mujtahid sebelumnya. 

Umat Islam memandang bahwa semua masalah sudah ditentukan hukumnya oleh fukaha (ahli hukum Islam), sehingga mereka hanya boleh menjelaskan dan menafsirkan ajaran-ajaran yang disepakati oleh fukaha terdahulu. Di samping itu, tidak ada lagi muncul mujtahid-mujtahid yang memiliki kemampuan dan keunggulan seperti yang dimiliki oleh para mujtahid sebelumnya sehingga tidak ada lagi yang disebut mujtahid mitlak (mujtahid mustaqill). Yang ada hanya mujtahid fi al-Mazhab (mujtahid yang mengikuti pendapat para imam mazhab sebelumnya) atau mujtahid murajjih (mujtahid yang menerangkan dan memperkuat pendapat para imam-imam mazhab sebelumnya).

Hasil gambar untuk lahirnya mazhab

Kemudian dalam perkembangan berikutnya, muncul ulama-ulama seperti Ibnu Taimiyyah yang menyerukan agar umat Islam membuka kembali pintu ijtihad. Pendapat Ibnu Taimiyah memperoleh dukungan dari ulama dan tokoh-tokoh pemikir serta tokoh-tokoh pembaharu sesudahnya, seperti Jamaludin al-Afgani, Muhammad bin Abdul *Wahhab, *Muhammad bin Abduh, dan Muhammad Rasyid Rida. 

Pada masa kini, para ulama semakin dituntut untuk melakukan ijtihad. Hal ini karena disebabkan banyaknya persoalan yang dihadapi umat akibat perubahan yang begitu pesat.

0 Response to "Perkembangan Ijtihad"

Post a Comment

Popular Posts